uth adalah anak dari saudara Nabi Ibrahim. Luth ikut pindah ke
Palestina bersama-sama Nabi Ibrahim dan pengikutnya. Sesudah di angkat menjadi
Nabi dan Rasul, Nabi Luth ditugaskan untuk berdakwa di negeri Sadum (Sodom).
Penduduk negeri Sadum ini sangat durhaka dan sangat bejad moralnya.
Bangsa Sadum tidak menyetujui adanya perkawinan. Mereka menyukai
laki-laki sama lki-laki. Dan perempuan sama perempuan. Inilah kebiasaan bejad
yang disebut Homo Seks dan Lesbian. Jadi janganlah mengira homo seks dan
lesbian itu perilaku manusia modern. Ini sudah ada sejak dahulu kala dan sangat
kuno, bejad, meseum, dan sesat lebih hina daripada binatang, karena binatang
saja hanya mau menggauli lawan jenisnya.
Di samping itu mereka suka merampok dan menyamun. Mencegat orang di
tengah jalan untuk di ambil hartanya dan menculik para pemuda untuk diperkosa.
Nabi Luth memberikan nasihat yang baik tapi mereka tidak mau
menerimanya. Malah mengejek dan memaki. Jika mereka diingatkan akan adanya hari
pembalasan dan azab Allah yang sangat pedih, mereka malah menantang Nabi Luth
dengan berkata :”Hai luth, datangkanlah siksaan Allah itu, Hai Luth sekiranya
kau orang yang benar.”
Pada suatu hari ada tiga tamu lelaki datang ke rumah Nabi Luth. Tiga
lelaki itu wajahnya tampan dan kulitnya lembut. Kebiasaan kaun Sadum untuk
merampas dan merebut lelaki tampan dan perkasa untuk di perkosa. Nabi Luthpun
khawatir jika ketiga tamunya akan mengalami nasib tragis seperti itu. Tidak
beberapa lama kemudian datanglah berbondong-bondong penduduk Sadum ke rumah
Nabi Luth. Mereka berdiri di depan rumah Nabi Luth yang tertutup rapat. Mereka
berteriak-teriak agar Nabi Luth menyerahkan ketiga tamunya.
Nabi Luth heran sebab tidak seorangpun tahu tentang adanya tamu yang
hadir di rumahnya. Tentu ada yang jadi penghianat di dalam rumahnya.
Berkata Nabi Luth :”Hai kaumku, janganlah tamuku ini kau minta.
Biarlah anak-anak perempuanku yang kuberikan!”
Jawab kaum Sadum :”Hai Luth ! Engkau sudah tahu maksud kami. Kami
tidak menyukai perempuan. Kami hanya menghendaki laki-laki !”
Dengan sabar Nabi Luth menyadarkan kaumnya bahwa tindakannya itu
tercela, namun kaumnya tidak mau peduli. Mereka tetap menuntut agar Nabi Luth
menyerahkan tamunya.
Di saat yang genting itu ketiga pemuda tampan tadi berkata kepada
Nabi Luth :”Hai Luth, kami ini sebenarnya para malaikat yang di utus Tuhan.
Tenangkanlah hatimu. Mereka tidak akan membahayakanmu. Jika hari sudah malam
keluarlah dari negeri ini bersama keluargamu, ingat janganlah kalian melihat ke
belakang.”
Maka keluarlah Nabi Luth dengan keluarganya melalui pintu belakang.
Hari menjelang pagi. Penduduk Sadum yang menunggu di depan rumah tak sabar lagi.
Mereka mendobrak pintu rumah Nabi Luth. Mereka bersorak ketika melihat tiga
pemuda tampan di dalam rumah Nabi Luth. Tetapi maksud mereka untuk membawa tiga
pemuda itu tak kesampaian. Tiba-tiba sepasang mata mereka tak dapat melihat
lagi. Mereka di azab sehingga menjadi buta.
Dan pagi-pagi sekali datanglah azab Allah itu, negeri Sadum ditimpa
gempa bumi yang sangat dahsyat. Dan kaum Sadum itu di hujani batu yang sangat
besar dan banyak sekali sehingga tidak ada seorangpun yang hidup.
Nabi Luth bersama istri dan kedua anaknya mendengar gemuruh
hancurnya negeri Sadum. Mereka terus berjalan tanpa berani menoleh. Maka istri
Nabi Luth tergerak hatinya untuk menoleh. Maka istri Nabi Luth mendadak berubah
menjadi batu dan musnah bersama penduduk Sadum yang durhaka. Sesungguhnya
wanita itulah yang menghianati keluarganya memberitahukan perihal kedatangan
tamu Nabi Luth kepada kaumnya.
Musaqah terambil dari kata al-saqa,
yaitu seseorang bekerja pada pohon tamar, anggur (mengurusnya), atau
pohon-pohon yang lainnya supaya mendatangkan kemaslahatan dan mendapatkan
bagian tertentu dari hasil yang diurus sebagai imbalan.
Musaqah, ialah: Mempergunakan buruh (orang upahan) untuk menyiram
tanaman, menjaganya, memeliharanya dengan memperoleh upah dari hasil yang
diperoleh dari tanaman itu, dibenarkan syara’.
Hukum ini disepakati para
sahabat, tabi’in dan imam-imam mazhab. Hanya Abu Hanifah sendiri, demikian
menurut riwayat, tidak mensahkan.
Menurut Asy Syafi’y dalam
Al Qadim yang dipilih oleh ulama mutaakhkhirin dari ashbabnya musyaqah
dibolehkan terhadap semuah pohon yang berbuah. Pendapat ini disetujui Abu
Hanifah dan Muhammad. Dalam Al Jadid, musaqah hanya dibenarkan terhadap batang
korma dan batang anggur saja, dan Kata Daud: Hanya dibenarkan mengenai batang
korma saja.
Menurut Hanabilah, al-musaqah mencakup dua masalah yaitu:
1.Pemilik menyerahkan tanah yang sudah ditanami, seperti pohon
anggur, kurma dan yang lainnya, baginya ada buahnya yang dimakan sebagai bagian
tertentu dari buah pohon tersebut, seperti sepertiganya atau setengahnya.
2.Seseorang menyerahkan tanah dan pohon, pohon tersebut belum
ditamankan, maksudnya supaya pohon tersebut ditanam pada tanahnya, yang menanam
akan memperoleh bagian tertentu dari buah pohon yang ditanamnya, yang kedua ini
disebut munashabah mugharasah karena pemilik menyerahkan tanah dan
pohon-pohon untuk ditanamkannya.
B.Muzara’ah
Menurut bahasa, al-muzara’ah memiliki dua arti yang
pertama al-muzara’ah yang berarti tharh al-zur’ah (melemparkan
tanaman), maksudnya adalah modal (al-hadzar). Makna yang pertama adalah
makna majaz dan makna yang kedua ialah makna hakiki.
Ulama-ulama Hanafiyah berkata: “Muzara’ah
pada syara’, Ialah: suatu akad tentang pekerjaan di atas tanah oleh seseorang
dengan pemberian sebagian hasil, baik dengan cara menyewakan tanah dengan
sebagian hasil, ataupun yang empunya tanah mengupahkan yang bekerja dengan
pembagian hasil. Kata Abu Hanifah dan Muhammad: Boleh. Pendapat inilah yang
difatwakan dalam mazhab Hanafi. Dan Abu Hanifah berkata: Boleh muzara’ah kalau
kerja dan bibit kepunyaan bersama. Dengan demikian berartilah si pekerja
menyewa tanah dengan alat-alatnya dan berarti pula pemilik mengupah pekerjaan
dengan memberikan alat-alat dan bibit itu.”
Ulama-ulama Malikiyah berkata: “Muzara’ah pada syara’ ialah: suatu akad yang batal,
kalau tanah dari salah seorang sedang bibit dan alat dari orang lain. Muzara’ah
yang dibolehkan ialah berdasarkan upah. Ringkasnya, tidak boleh menyewakan,
atau mengupah dengan hasil yang diperoleh dari tanah. Dan boleh kalau dengan
upah yang tertentu.
Ulama-ulama Hanbaliyah berkata: Muzara’ah
ialah: orang yang mempunyai tanah yang dapat dipakai untuk bercocok tanam
memberikannya kepada seorang yang akan mengerjakan serta memberikan kepadanya
bibit, atas dasar diberikan kepadanya sebagian dari hasil bumi itu, sepertiga,
atau seperdua dengan tidak ditentukan banyak sukatan. Ringkasnya: Ulama-ulama
Hanbaliyah membolehkan muzara’ah dan hendaklah bibit itu diberikan oleh pemilik
tanah.
Sedangkan menurut
mu’tamad mazhab Syafi’iyah, “Muzara’ah (mengerjakan
tanah orang dengan memperoleh sebagian dari hasilnya), sedang bibit (biji) yang
dipergunakan kepunyaan pemilik tanah, tidak dibolehkan, karena tidak sah
menyewakan tanah dengan hasil yang diperoleh dari padanya.” Namun sebagian
ulama Syafi’iyah membolehkan, sama dengan musyaqah (memberi upah).
C.Mukhabarah
Muzara’ah dan mukhabarah memiliki
makna yang berbeda, pendapat tersebut dikemukakan oleh al-Rafi’i dan al-Nawawi.
Sedangkan menurut al-Qadhi Abu Thayid, muzara’ah dan mukhabarah
merupakan satu pengertian.
Mukhabarah adalah Kerja sama pengolahan pertanian antara
pemilik lahan dan penggarap, dengan pemilik lahan memberikan lahan pertanian
kepada si penggarap untuk ditanami dan diperlihara dengan imbalan tertentu
(persentase) dari hasil panen yang benihnya berasal dari penggarap.
Setelah diketahui definisi di atas, dapat dipahami
bahwa mukhabarah dan muzara’ah ada kesamaan dan ada pula
perbedaan. Persamaan ialah antara mukhabarah dan muzara’ah
terjadi pada peristiwa yang sama, yaitu pemilik tanah menyerahkan tanahnya
kepada orang lain untuk dikelola. Perbedaan ialah pada modal, bila modal
berasal dari pengelola, disebut mukhabarah, dan bila modal dikeluarkan
dari pemilik tanah, disebut muzara’ah.
Imam Hanafi, Jafar dan Imam Syafi’i, tidak membolehkan
mukhabarah sebab tidak ada landasan yang membolehkan.
D.Ji’alah
Ji’alah ialah meminta agar mengembalikan
barang yang hilang dengan bayaran yang ditentukan. Rukun ji’alah yaitulafazh,
orang yang menjanjikan upahnya, pekerjaan, dan upah.
Kalau orang yang kehilangan itu berseru kepada
masyarakat umum. Kemudian dua orang yang berkerja mencari barang itu, sampai
keduanya mendapatkan barang itu bersama-sama, maka upah yang dijanjikan tadi
berserikat antara kedunya.
“Membawa kembali budak
yang lari, berhak menerima upah, apabila ada disyaratkan.”
Hukum ini disepakati para mujtahidin.
Masing-masing pihak boleh
menghentikan perjanjian sebelum bekerja. Kalau yang membatalkan orang yang
bekerja, dia tidak mendapat upah, sekalipun ia sudah bekerja. Tetapi kalau yang
membatalkan adalah pihak yang menjanjikan upah, maka yang bekerja berhak menuntut
upah sebanyak pekerjaan yang sudah di kerjakan.
Kata Abu Hanifah dan Ahmad: Berhak meminta upah walaupun tidak
menjadi uruf bahwa membawa kembali budak yang lari itu diberikan upah.
Kata Malik: Kalau sudah terkenal (susah ma’ruf) bahwa
mengembalikan budak lari diberikan upah, berhak ia menerima upah berdasarkan
kepada jauh dan dekatnya tempat budak itu diketemukan. Kalau tidak ma’ruf
demikian, tidaklah diberikan upah, hanya diganti ongkos yang telah
dikeluarkannya saja.
usuf adalah putra Nabi Ya’qub. Di antara dua belas orang
anak-anak Ya’qub, Yusuf dan Bunyaminlah yang paling dicintai. Hal ini
menimbulkan iri hati saudara-saudaranya yang lain. Yusuf wajahnya sangat
tampan, lebih tampan daripada sudara-saudaranya yang lain. Bentuk tubuhnya
sangat bagus. Terlebih setelah ibunya meninggal dunia maka ia makin di sayangi
oleh ayahnya.
Pada suatu malam ia bermimpi. Ia melihat sebelas bintang, bulan,
dan matahari bersujud kepadanya. Esok harinya ia ceritakan hal itu kepada
ayahnya. “Sebelas bintang adalah saudara-saudaramu. Matahari adalah ayahmu.
Bulan adalah ibumu. Semua akan menghormatimu. Kelak kau akan menjadi orang yang
besar, maka jangan sampai saudara-saudaramu tahu. Jika saudaramu tahu mereka
akan mencelakakanmu.”
Namun tanpa setahu Yusuf dan ayahnya ternyata salah seorang
saudaranya mengetahui pembicaraan ayahnya itu. Sejak saat itu mereka sangat
membenci Yusuf dan selalu berusaha mencelakakannya. Pada suatu hari mereka meminta
izin kepada ayahnya untuk mengajak Yusuf berburu binatang. Mula-mula Nabi
Ya’qub tidak mengizinkan, tapi setelah mereka menunjukkan kesanggupannya
menjaga Yusuf dari bahaya maka Nabi
Ya’qub mengizinkan. Yusuf boleh ikut berburu. Tinggal Bunyamin yang menemani
Nabi Ya’qub di rumah.
Di tengah hutan, setelah berburu tiba-tiba mereka menangkap
Yusuf.
“hei, mau kalian apakan aku ini ?” protes Yusuf.
“diam!” bentak salah seorang kakaknya.
Mereka hendak membunuh Yusuf, namun tidak sampai hati. Salah
seorang mengusulkan agar dimasukkan saja ke dalam sumur. Pasti ada khafilah
yang akan mengambilnya dan Yusuf pasti akan dijual sebagai budak. Dengan
demikian Yusuf tersingkir dari keluarga Ya’qub. Usul itu disetujui. Demikianlah
Yusuf yang masih kecil tak berdaya ketika saudara-saudaranya yang lebih besar
memasukannya ke dalam sumur. Sebelumnya baju Yusuf telah di lepas. Mereka
kemudian membunuh hewan, darahnya ditumpahkan ke baju Yusuf. Setelah pulang
mereka berkata bahwa Yusuf telah dimakan serigala hingga bajunya berlumur
darah.
Nabi Ya’qub sangat sedih mendengar hal itu. Demikian sangat
kesedihannya sehingga selalu menangis dan matanya menjadi buta.
Menjadi Budak Belian
Tidak berapa lama Yusuf di dalam sumur, ada serombongan khafilah
yang hendak mengambil air. Mereka menemukan Yusuf. Maka Yusuf dibawa sebagai
tawanan, mereka akan menjualnya di negeri Mesir.
Sesampai di Mesir, Yusuf benar-benar dijual sebagai budak.
Pembelinya seorang menteri kerajaan bernama Kitfir. Kemudian menteri tersebut
menyerahkan Yusuf kepada istrinya yaitu Zulaiha. Kitfir dan Zulaiha tidak
mempunyai anak. Mereka bermaksud menjadikan Yusuf sebagai anak angkatnya. Kini
Yusuf hidup di lingkungan istana kerajaan Mesir. Makin lama makin tampaklah
bahwa Yusuf seorang pemuda yang tampan lagi cerdas. Zulaiha kemudian
mengangkatnya sebagai kepala pelayan istana.
Zulaiha Tergoda Ketampanan Yusuf
Sebagai pemuda yang tampan dan ramah, Yusuf telah menarik
perhatian Zulaiha. Bukan sebagai ibu dan anak. Zulaiha tertarik kepada Yusuf
sebagai seorang wanita kepada lelaki dewasa. Pada suatu hari, disaat suaminya
pergi. Zulaiha mengenakan pakaian terbaik, bau parfum tersebar di seluruh
tubuhbya. Ia menghampiri Yusuf di kamarnya. Yusuf berdebar kencang saat melihat
penampilan Zulaiha yang laindari
biasanya. Begitu menyolok dan merangsang. Berkata Zulaiha kepada Yusuf :
“Marilah Yusuf, seluruh jiwa dan ragaku kuserahkan kepadamu.”
Yusuf hampir tergoda, namun ia segera ingat kepada Tuhan. Ia pun
berkata : “Aku berlindung kepada Allah dari perbuatan maksiat ini. Bagaimanakah
aku akan melakukan perbuatan ini, sedang suamimu adalah Tuanku yang telah
memuliakan dan berbuat baik kepadaku. Adalah tidak patut jika suatu kebaikan di
balas dengan penghinaan.”
Akan tetapi hati dan pikiran Zulaiha telah dikuasai nafsu dan
tergoda bujukan iblis. Ia tidak menghiraukan peringatan Yusuf. “Yusuf.” Desah
Zulaiha sambil menghamburkan dan memeluk Yusuf erat-erat. “Tidak seorangpun
melihat kita. Tidak akan ada yang mengetahui perbuatan kita.”
“Allah mengetahuinya!”
jawab Yusuf sambil berontak melepaskan diri. Buru-buru ia melarikan diri dari
dalam kamar. Zulaiha mengejar dan berhasil memegang baju belakang Yusuf. Ia
berharap Yusuf akan berhenti dan mau melayaninya. Tapi Yusuf terus berlari
sehingga bajunya robek dibagian belakang. Di saat demikian tiba-tibaKitfir
datang, Zulaiha segera menghampiri suaminya dan berkata :”Yusuf hendak
memaksaku melakukan perbuatan meseum.”
“Tidak!” sahut Yusuf.”Dialah yang memaksakan saya untuk
melakukan perbuatan keji itu.”
Terjadilah saling tuduh menuduh. Disaat demikian datanglah
tetangga dekat sekaligus sebagai penengah. Berkata tetangga itu :”Kita lihat
saja, jika baju Yusuf robek dibagian depan berarti dia hendak memaksa Zulaiha
berbuat meseum. Jika bajunya robek di bagian belakang itu pertanda Zulaiha yang
memaksa Yusuf berbuat meseum.”
Kitfir memeriksa dan ternyata baju Yusuf robek di bagian belakang.
Betapa malu besar kerajaan Mesir itu. Ternyata istrinya sendiri yang berbuat
salah. Kitfir menghampiri Yusuf dan berkata :”Rahasiakanlah peristiwa ini,
simpan baik-baik, jangan ada orang yang tahu. dan kamu Zulaiha mohonlah ampun
kepada Tuhanmu atas dosa yang telah kamu lakukan. Bertaubatlah kepada-Nya
dengan bertaubat yang sebenarnya.”
Mereka Terpesona
Walau sudah diusahakan agar tidak bocor tapi peristiwa Zulaiha
dengan anak angkatnya itu akhirnya terdengar juga oleh tetangga kanan kiri.
Para wanita baik tua maupun muda sama mempergunjingkannya. Zulaiha merasa malu.
Dalam hati ia berkata : “Mereka belum pernah melihat Yusuf karena selama ini
Yusuf selalu berada di dalam rumah. Coba andaikata mereka sudah melihatnya.
Pasti mereka tergila-gila dari pada aku.”
Pada suatu hari Zulaiha mengundang para wanita yang telah
menggunjingkannya. Setiap wanita yang datang diberi buah-buahan dan sebilah
pisau yang tajam untuk mengupas buah-buahan yang dihidangkan itu. Di saat para
wanita itu asyik mengupas buah dengan pisau di tangannya, Zulaiha memerintahkan
pelayan untuk memanggil Yusuf agar berjalan di ruang tamu. Semua orang
terbelalak kagum ketika melihat penampilan Yusuf yang tampan dan ganteng itu.
Semua tercengang dan sejenak lupa diri. “Inilah pemuda yang kalian gunjingkan.
Ternyata kalian juga mengagumi kegantengannya. Sehingga tanpa sadar kalian
telah mengupas kulit tangan kalian sendiri.” Kata Zulaiha.
Yusuf segera masuk ke dalam. Pada saat itulah para wanita tadi
baru sadar bahwa yang mereka kupas bukan buah yang dipegang tapi kulit tangan
sendiri, darah bercucuran, suasana menjadi panik. Dengan tersipu malu mereka
segera kembali pulang ke rumah masing-masing.
Namun isu tentang Zulaiha dan Yusuf masih terus merebak ke
seluruh penjuru. Para wanita masih mempergunjingkannya. Untuk menutupi rasa
malunya maka Kitfir akhirnya memasukkan Yusuf ke dalam penjara. Hal ini di
lakukan secara terpaksa bahwa walaupun Yusuf benar dan Zulaiha salah namun
Yusuf yang masuk penjara.
Yusuf Dipenjara
Memang tak ada jalan lain bagi Kitfir. Yusuf harus dipenjara.
Jika tidak, Zulaiha akan terus tergoda dan siapa tahu lama-lama Yusuf tidak
mampu mempertahankan kesuciannya. Berangkat dari pemikiran inilah Kitfir
menjebloskan Yusuf ke dalam penjara.
Di dalam penjara ada dua pelayan raja. Yang pertama bernama Nabo
kepala bagian minuman. Kedua bernama Malhab kepala bagian makanan kue-kue.
Keduanya di tuduh hendak membunuh raja dengan menaruh racun dalam makanan dan
minuman. Di dalam penjara Yusuf mengajak kedua orang itu untuk bertaubat.
Beribadah hanya kepada Allah saja.
Pada suatu hari Nabo menceritakan mimpinya kepada Yusuf : “Aku
bermimpi memeras anggur yang akan ku jadikan khamar.”
Nabo meminta Yusuf mengartikan mimpinya itu. Dengan tenang dan
yakin Yusuf menerangkan arti mimpi Nano :” bergembiralah kau Nabo. Sebentar
lagi kau akan dibebaskan dari penjara. Kau akan diterima lagi sebagai kepala
bagian minuman Raja karena tuduhan terhadapmu tidak terbukti.”
Malhab menceritakan mimpinya dan meminta Yusuf untuk
mengartikannya :”Aku telah bermimpi membawa kue diatas kepalaku, ketika itulah
seekor burung datang memakan kue itu.”
“Sayang sekali Malhab, kata Yusuf, “Kau akan mengalami nasib
buruk , tuduhan terhadapmu terbukti, Raja akan menghukummu sampai mati ditiang
salib. Mayatmu akan dimakan burung buas mulai dari kepalamu.”
Beberapa hari kemudian tafsir mimpi itu terbukti kebenarannya.
Nabo dibebaskan dari tuduhan dan diperbolehkan bekerja di istana lagi. Sedang
Malhab dihukum mati karena terbukti kesalahannya hendak meracuni Raja.
Sebelum keluar dari penjara, Yusuf telah berpesan kepada Nabo
agar menyampaikan keadaannya di dalam penjara. Ia ingin Raja meninjau kembali
keputusannya karena sesungguhnya ia tidak bersalah. Justru Zulaihalah yang
bersalah.
Namun setan membuat Nabo jadi lupa sehingga Yusuf tetap berada
dalam penjara selama beberapa tahun lagi.
Menafsirkan Mimpi Raja
Pada suatu hari Raja Mesir memanggil semua penasihat dan tukang
ramalnya. Tadi malam sang raja bermimpi melihat tujuh ekor lembu kurus memakan
tujuh ekor lembu yang gemuk-gemuk. Dan melihat tujuh tangkai gndum yang hijau
dan tujuh tangkai gandum kering.
Para penasihat, dukun, tukang ramal diperintah untuk mengartikan
mimpi sang raja. Namun tidak ada seorangpun yang mampu memberikan jawaban yang
memuaskan. Raja sangat kecewa. Untunglah Nabo ingat akan kepandaian Yusuf
sewaktu berada di penjara. Ia mengatakan hal itu kepada Raja. Bahwa ada seorang
pemuda yang pandai mengartikan mimpi tersebut. Raja mengutus Nabo untuk menemui
Yusuf di penjara dan meminta Yusuf agar mau mengartikan mimpi tersebut. Yusuf
bukan hanya bersedia mengartikan mimpi tersebut. Ia malah menerangkan jalan
keluar dari arti mimpi sang raja itu.
Berkata Yusuf : “Mesir akan mengalami masa subur selama tujuh
tahun dan mengalami paceklik selama tujuh tahun.”
“Oleh karena itu,” Sambung Yusuf. “Hasil panen selama tujuh
tahun di masa subur harus disimpan baik-baik, jangan dihambur-hamburkan. Untuk
persediaan tujuh tahun masa paceklik.”
Nabo kembali menghadap raja. Setelah disampaikan arti mimpi itu
sang raja merasa senang. Di saat itulah Nabo menyampaikan pesan Yusufagar sang raja mau mengadili Yusuf dengan
seadil-adilnya karena sesungguhnya ia tidak bersalah. Perkataan Yusufpun
diselidiki dan setelah terbukti ia tidak bersalah sang raja membebaskannya dari
penjara.
Menjadi Menteri Ekonomi Kerajaan Mesir
Setelah sang raja mengetahui kebenaran dan kesucian Yusuf, ia
makin tertarik. Terlebih setelah diketahuinya bahwa Yusuf itu orang yang cerdas
sehingga mampu memberikan jalan keluar persoalan ekonomi kerajaan Mesir, maka
sang raja akhirnya memanggil Yusuf untuk diangkat sebagai Menteri Ekonomi.
Yusuflah mengepalai perbendaharaan negara. Ia menjadi kepala
gudang agar dapat menanggulangi keserakahan para pejabat korup dan penindasan
mereka terhadap rakyat kecil terutama jika nanti tiba musim paceklik.
Ketika Paceklik Tiba
Apa yang diucapkan Yusuf menjadi kenyataan. Sesudah berlangsung
masa subur selama tujuh tahun maka datanglah masa paceklik. Masa paceklik itu
juga melanda daerah Palestina tempat tinggal Nabi Ya’qub dan saudara-saudaranya
Yusuf. Negeri Palestina yang tidak tahu menahu bakal datangnya kemarau panjang
itu tentu kelabakan. Rakyatnya banyak yang menderita kelaparan. Demi mendengar
dinegeri Mesir banyak tersedia bahan makanan dan boleh ditukar dengan emas oleh
umum anak-anak Nabi Ya’qub bermaksud pergi ke Mesir.
Pada waktu itu Bunyamin tidak ikut serta. Sewaktu mereka tiba di
Mesir dan menukar emasnya dengan gandum, mereka sama sekali tak mengira bahwa
kepala gudang perbendaharaan negeri Mesir adalah Yusuf saudara mereka sendiri.
Yusuf mengetahui mereka namun pura-pura tidak mengenalnya.
Yusuf memperlakukan mereka sebagai tamu terhormat. Di jamu
dengan makanan yang lezat-lezat. Mereka juga di beri bekal perjalanan pulang.
Ketika mereka bersiap-siap hendak pulang ke Palestina, Yusuf berkata kepada
mereka : “ Bawalah saudaramu yang seayah (maksudnya Bunyamin) jika tidak kamu
bawa, lain kali kalian tidak kuperbolehkan masuk negeri Mesir dan tidak boleh
membeli bahan makanan di sini.”
Mereka kaget mendengar ucapan sang menteri. Tak disangka sang
menteri mengetahui bahwa mereka masih mempunyai saudara lagi yaitu Bunyamin.
Bunyamin Bertemu Yusuf
Ketik mereka tiba di rumah dan membuka karung gandum. Ternyata
emas-emas yang mereka tukarkan berada di dalam karung gandum. Mereka heran dan
segera melaporkan kepada Nabi Ya’qub : “Sungguh aneh ?” gumam Nabi Ya’qub.
Ketika mereka mengatakan keinginan Menteri Ekonomi agar mereka
mau membawa Bunyamin ke Mesir, Nabi Ya’qub langsung menolak. Ia khawatir
Bunyamin akan mengalami nasib serupa Yusuf dahulu.
“Jika kami tidak boleh membawa Bunyamin maka kami tidak boleh
memasuki negeri Mesir dan tidak boleh membeli bahan makanan lagi.” Kata mereka.
Nabi Ya’qub tetap tidak memperbolehkan Bunyamin dibawa pergi.
Trauma atas kehilangan Yusuf masih menghantui dirinya. Namun ketika persediaan
bahan makanan semakin menipis, maka tak bisa tidak mereka harus pergi ke Mesir
lagi.
“Bersumpahlah atas nama Tuhan,” kata Nabi Ya’qub. “Bahwa kalian
harus menjaga Bunyamin dengan segenap jiwa raga kalian. Jika terjadi sesuatu
kalian harus membelanya sampai titik darah terakhir.”
Mereka serentak menyatakan kesediaannya untuk melindungi
Bunyamin dan bersumpah demi Allah akan membela dan membawa Bunyamin kembali.
Demikianlah untuk kedua kalinya mereka pergi ke Mesir. Yusuf
sebenarnya tak kuat menahan diri begitu melihat Bunyamin. Ia ingin segera
memeluk Bunyamin erat-erat karena sudah lama tidak bertemu dengan adik
kandungnya itu. Namun untuk sementaraia tidak ingin saudara-saudaranya yang
lain tahu bahwa ia adalah Yusuf yang pernah mereka masukkan ke dalam sumur. Ia
mencari cara agar Bunyamin dapat tinggal di istana. Tidak ikut pulang ke
Palestina. Yusuf kemudian meletakkan piala raja yang terbuat dari emas di
karung Bunyamin. Untuk sementara Yusuf membiarkan saudara-saudaranya berjalan
ke luar kota. Namun tidak lama kemudian ia memerintahkan prajurit untuk
menyusul rombongan saudara-saudaranya itu.
Mereka terkejut ketika serombongan prajurit menyusul dan
memintanya berhenti.
“Raja kami kehilangan piala yang terbuat dari emas. Apakah
kalian mengetahuinya. Siapa yang menemukan piala itu akan diberi hadiah gandum
satu tunggangan unta.”
“Kami datang ke Mesir bukan untuk membawa kerusuhan.” Kata
saudara Yusuf.” Dan kami bukanlah termasuk orang-orang yang mencuri.”
Para prajurit berkata :”Apakah hukuman bagi orang yang melakukan
pencurian itu ?”
“Hukumannya adalah menjadi budak. Itulah tebusan dari
perbuatannya.” Jawab saudara-saudara Yusuf.
Prajurit itu kemudian menggeledah tiap karung dari
saudara-saudara Yusuf. Tiba-tiba mereka menemukan di dalam karung Bunyamin.
Tanpa kompromi lagi, Bunyamin dibawa menghadap Menteri Ekonomi yaitu Yusuf.
Saudara-saudaranya lain di perbolehkan pulang. Yahudza tidak merasa pulang, ia
merasa malu kepada ayahnya karena telah berjanji melindungi Bunyamin dari
segala marabahaya, nyatanya Bunyamin sekarang tak bisa ia bawa pulang.
Yahudza bersumpah tidak akan pulang sebelum membawa Bunyamin
atau ayahnya sendiri yang memanggil pulang. Sementara itu Bunyamin gemetar saat
dihadapkan kepada Menteri Ekonomi Mesir. Baru kali ini ia berhadapan dengan
pejabat tinggi di istana Mesir. Wajahnya pucat pasi, tapi hal itu tak
berlangsung lama karena Yusuf segera memeluknya dan mengatakan siapa sebenarnya
sang Menteri Ekonomi itu.
Pertemuan kakak beradik itu benar-benar mengharukan, Bunyamin
menangis terisak-isak. Ia segera menceritakan nasib ayahnya di Palestina.
Betapa menderitanya sang ayah sejak ditinggal Yusuf. Setiap hari ayahnya
menangis sampai matanya menjadi putih dan tak dapat melihat lagi.
Impian Itu Menjadi Kenyataan
Begitu mengetahui sembilan orang anaknya pulang tanpa membawa
Bunyamin, Nabi Ya’qub terpukul jiwanya. Ia benar-benar sedih. Sudah kehilangan
Yusuf kini Bunyamin dijadikan budak oleh penguasa Mesir. Dari hari kehari
tampak nian kesedihan Nabi Ya’qub. Kini ia lebih suka menyendiri di mihrabnya
(tempat ibadah). Hanya Tuhan tempatnya mengadu dan berkeluh kesah.
Pada suatu hari ia mendapat ilham bahwa Yusuf masih hidup dan
tak lama lagi ia akan berjumpa dengan anak yang sangat dicintainya.
Nabi Ya’qub kemudian memerintahkan anak-anaknya mengembara ke
Mesir :“Carilah kabar tentang Yusuf di Mesir dan berusahalah membebaskanBunyamin agar dapat pulang.”
Karena tak sampai hati melihat penderitaan ayahnya, anak-anaknya
Nabi Ya’qub itu akhirnya pergi ke Mesir lagi. Mereka langsung menghadap Menteri
Ekonomi. Di samping hendak meminta bantuan bahan makanan mereka juga meminta
agar penguasa Mesir mau membebaskan Bunyamin.
“Ayah kami sangat sedih sejak kehilangan Yusuf. Terlebih setelah
Bunyamin juga tak dapat pulang. Kami benar-benar mengharap belas kasihan Paduka
agar mau membebaskan Bunyamin sehingga dapat mengurangi penderitaan ayah kami.”
Akhirnya Yusuf tak sampai hati mendengar penuturan
saudara-saudaranya tentang ayahnya yang menderita. Sambil tersenyum ia berkata
: “Masih ingatkah kalian kepada saudaramu Yusuf yang kalian lemparkan ke dalam
sumur tanpa belas kasih. Kalian meninggalkannya seorang diri seperti barang
yang tak berharga. Tak kalian hiraukan ratap tangisnya dan kalian terus saja
pulang tanpa merasa bersalah.”
Mendengar ucapan sang Menteri mereka terkejut. Bagaimana Menteri
itu bisa mengetahui perkara rahasia yang tak pernah mereka bocorkan. Mereka
saling pandang. Perlahan-lahan mereka mengamati wajah sang Menteri. Senyumnya,
wajahnya, bentuk tubuhnya dari atas sampai bawah. Dan akhirnya hampir berbareng
mereka berucap :”Engkau Yusuf!”
“Benarlah!” jawab Yusuf. “Aku Yusuf dan inilah adikku Bunyamin.
Allah dengan rahmat-Nya telah mengakhiri penderitaanku dari ujian berat yang
telah kualami. Dan dengan rahmat-Nya pula kami dikaruniai rezeki berlimpah ruah
dan penghidupan yang sejahtera. Demikianlah barangsiapa yang bersabar, bertaqwa
dan bertawakal tidaklah akan luput dari pahala dan ganjaran-Nya.”
Saudara-saudara Yusuf gemetar mendengarpengakuan itu. Terbayang
kembali perbuatan mereka saat memasukkan Yusuf ke dalam sumur. Mereka kuatir
kalau Yusuf membalas dendam. Tapi ternyata Yusuf bukanlah orang yang pendendam.
Mereka dimaafkan. Yusuf kemudian mengambil baju gamisny dan diserahkan kepada
saudara-saudaranya.
“Usapkanlah baju ini pada kedua belah mata ayah, Insya Allah
beliau dapat melihat kembali. Kemudian ajaklah ayah dan ibu ke Mesir
secepatnya. Aku sudah tak sabar untuk bertemu.”
Demikianlah, setelah mereka datang ke Palestina. Baju gamis
Yusuf segera diusapkan di dua belah mata ayahnya. Atas kehendak Allah Nabi
Ya’qub yang buta bisa melihat kembali. Nabi Ya’qub dan keluarganya kemudian
pindah ke Mesir memenuhi permintaan Yusuf.
Kini lengkaplah sudah kebahagiaan Yusuf karena dapat berkumpul
dengan seluruh keluarganya. Yusuf menaikkan ayah dan ibu tirinya ke
singgahananya. Apa yang pernah diimpikannya dulu sekarang menjadi kenyataan.