Rabu, 29 Mei 2013

Apersepsi dalam Pembelajaran


Apersepsi berasal dari kata apperception, yang berarti menafsirkan buah pikiran. Jadi apersepsi adalah menyatukan dan mengasimilasi suatu pengalaman dengan pengalamanan yang telah dimiliki dan dengan demikian memahami dan menafsi rkannya.
Leibnitz membedakan persepsi dengan apersepsi. Jika persepsi (perception) adanya perangsang yang diterima seseorang, dari adanya pengamatan. Sedangkan apersepsi dimaksud bahwa seseorang melakukan pengamatan dan apa yang diamatinya.
Herbart menyatakan bahwa apersepsi adalah memperoleh tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada. Di sini terjadi asosiasi antara tanggapan yang baru dengan yang lama. Wundt berpendapat bahwa apersepsi bukan hanya asosiasi belaka melainkan dengan sengaja memasukkan tanggapan-tanggapan baru dalam suatu hubungan kategorial atau hubungan yang lebih umum.
Menurut para ahli psikologi modern yang dimaksud apersepsi adalah pengamatan dengan penuh perhatian sambil memahami serta mengolah tanggapan-tanggapan baru itu dan memasukkannya ke dalam hubungan yang kategorial. Tanggapan-tanggapan baru itu dapat dipengaruhi oleh bahan apersepsi yang telah ada. Ini menunjukkan bahwa psike manusia tidak pasif menerima melainkan aktif mengolah setiap perangsang yang diterima. Perangsang atau tanggapan baru tidak masuk begitu saja melainkan harus ditafsirkan dan digolongkan dalam susunan tertentu, karena apersepsi pada hakekatnya termasuk proses berpikir.
Bahan apersepsi diperlukan untuk menafsirkan tanggapan-tanggapan baru. Itu sebabnya anak-anak harus memiliki sejumlah pengetahuan. Sebelum anak bersekolah, ia telah memiliki banyak pengetahuan tetapi belum tersusun logis sistematis. Tugas sekolah adalah menyusunnya menurut kategori tertentu dan memperluas serta memperdalamnya dalam macam mata pelajaran. Pengalaman yang lampau sering kurang lengkap dan senantiasa dapat disempurnakan. Sebagai contoh, mungkin anak itu mula-mula menganggap polisi sebagai orang yang kerjannya menangkap orang, jadi karena itu harus ditakuti dan dijauhi. Akan tetapi kemudian ia mengetahui bahwa polisi itu juga temannya yang menjaga keamanannya. Karena itu menurut Dewey pengalaman yang lampau harus senantiasa direorganisasi.
Untuk memudahkan dalam pelaksanaan apersepsi, setiap pengajar dapat membuat pedoman sebagai bahan apersepsi, diantaranya adalah:
  1. Deskripsi singkat dengan memberi informasi singkat tentang isi pelajaran yang akan diajarkan.
  2. Eksplorasi, mengungkap kembali materi yang telah diajarkan, dengan cara menanyakan perihal materi yang telah disajikan sebelumnya.
  3. Relevansi materi yang ditanyakan dengan materi yang akan diajarkan.
  4. Asosiasi, menghubungkan materi yang telah diajarkan dengan materi yang akan segera diajarkan.
Herbart mengemukakan bahwa yang diketahui digunakan untuk memahami sesuatu yang belum diketahui. Apersepsi membangkitkan minat dan perhatian untuk sesuatu. Karena itu pelajaran harus selalu dibangun atas pengetahuan yang telah ada.
Berdasarkan prinsip itu, Herbart menganjurkan langkah-langkah dalam aprsepsi, yaitu kejelasan, asosiasi, sistem, dan metode.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
S. Nasution, Dikdaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010). Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). Syaiful Bahri Djamaroh dan Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002).

Caraku Menjaga Cintaku


Sengaja aku tak menghubungimu,
Tak juga mengirim pesan untuk
menanyakan kabarmu.
... Mungkin ini tak biasa, Tapi bagiku,
Inilah cara terbaik mencintaimu.

Aku mencintaimu dengan cara
menjauh darimu,
Bukan karena aku mulai tak
menyukaimu,
Justru karena aku sangat mencintaimu,
Dan aku ingin menjagaku juga menjagamu,
Menjaga tulusnya hatimu, juga menjaga
kesucian hatiku.

Inilah caraku mencintaimu,
Dalam diamku,
Dalam ketulusanku,
Dalam kesucianku,
Dalam cara tak biasaku, Meski sulit,
Meski berat,
Meski sakit untukku,
Namun ku tahu ini pilihan terbaik agar
kita tak terlalu saling mengharap.
Karena berharap hanya pantas pada
Sang Pemilik Hati,
Karena berharap hanya pantas
digantungkan pada Sang Pemilik Cinta,
Pada-Nya kuharap Dia kan menjagamu
untukku, Pada-Nya kutitipkan hatimu, Biarlah ku hanya bisa menyapamu
lewat senandung doa,
Agar Untukmulah segala kebaikan,
Agar bersamamulah segala keindahan.



Selasa, 14 Mei 2013

Sosialisasi dan Sekolah


BAB I
PENDAHULUAN

Manusia terlahir sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam menjalankan perannya sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk bisa bersosialisasi dan interaksi antar sesama.
Proses sosialisasi dapat dilakukan melalui tiga agen yaitu sosialisasi di lingkungan keluarga, sosialisasi di lingkungan sekolah, dan sosialisasi di lingkungan masyarakat. Sosialisasi di lingkungan sekolah merupakan lanjutan dari lingkungan keluarga, karena di sekolah anak belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru yang memperluas keterampilan sosialnya.
Sekolah memiliki nilai-nilai sosialisasi yang harus diajarkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu antara lain adalah nilai kemandirian dan tanggung jawab pribadi, nilai tentang prestasi, dan ketiga nilai universalisme yaitu perlakuan yang sama pada setiap orang.
Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana fungsi pendidikan sekolah dalam proses sosialisasi, dan sosialisasi di sekolah akan lebih dijelaskan dalam makalah ini bagian pembahasan.

BAB II
PEMBAHASAN
SOSIALISASI DAN SEKOLAH
A.    Pengertian Sosialisasi dan Sekolah
Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial. Sosialisasi dilakukan dengan mendidik individu tentang kebutuhan yang harus dimiliki dan diikutinya, agar ia menjadi anggota yang baik dalam masyarakat dan dalam berbagai kelompok khusus. Sosialisasi dapat dianggap sama dengan pendidikan.[1]
Sosialisasi adalah soal belajar. Dalam proses sosialisasi individu diajar tingkah laku, kebiasaan serta pola-pola kebudayaan lainnya, ketrampilan-ketrampilan sosial seperti berbahasa, bergaul, pakaian, cara makan, dan sebagainya.
Segala sesuatu yang dipelajari individu harus dipelajari dari anggota masyarakat lainnya, secara sadar apa yang diajarkan oleh orang-orang, saudara-saudara, anggota keluarga lainnya dan di sekolah oleh gurunya.
Sekolah berasal dari bahasa Belanda yaitu school, bahasa Jerman yaitu die scrule, bahasa Inggris yaitu school yang artinya sama dengan sekolah, yaitu suatu lembaga pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari, kata sekolah mempunyai banyak arti. Sekolah dapat diartikan sebagai gedung tempat belajar, waktu berlangsungnya pelajaran, dan usaha menuntut pelajaran kegiatan belajar mengajar. Terlepas dari pengertian ini, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal sebagai tempat belajar siswa.[2]
Sekolah dalam arti yang luas mencakup mulai dari kelompok bermain (play-group), taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), sampai perguruan tinggi merupakan salah satu agen sosialisasi yang penting dalam kehidupan manusia.[3]

B.     Fungsi Pendidikan Sekolah
Ada beberapa pendapat mengenai fungsi pendidikan sekolah, pendapat-pendapat itu ialah:
M  Memberantas kebodohan, dan
M  Memberantas salah pengertian.[4]

Secara positif, kedua fungsi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
M  Menolong anak untuk menjadi melek huruf dan mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektualnya.
M  Mengembangkan pengertian yang luas tentang manusia lain yang berbeda kebudayaan dan interestnya.

Menurut ST. Vembriarto fungsi pendidikan sekolah adalah:
Ø  Transmisi kebudayaan
Ø  Integrasi sosial
Ø  Inovasi
Ø  Seleksi dan alokasi
Ø  Mengembangkan kepribadian anak[5]

Menurut S. Nasution fungsi pendidikan sekolah adalah:
S   Sekolah memberikan keterampilan dasar
S   Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib
S   Sekolah mempersiapkan anak-anak suatu pekerjaan
S   Sekolah menyediakan tenaga pembangunan
S   Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial
S   Sekolah mentransmisi kebudayaan
S   Sekolah membentuk manusia yang sosial
S   Sekolah merupakan alat transformasi kebudayaan[6]

David Popenoe mengemukakan pendapat yang lebih terperinci mengenai fungsi pendidikan sekolah. Menurut beliau ada empat macam fungsi itu, yaitu:
  Transmisi kebudayaan masyarakat
  Menolong individu memilih dan melakukan peranan sosialnya
  Menjamin intergrasi sosial
  Sebagai sumber inovasi sosial[7]

Dari beberapa pendapat diatas, dapat dipahami bahwa fungsi pendidikan sekolah adalah:
a)         Transmisi kebudayaan
Fungsi transmisi kebudayaan masyarakat kepada anak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
*        Transmisi pengetahuan dan keterampilan
Transmisi pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang bahasa, sistem matematika, pengetahuan alam dan sosial, dan penemuan-penemuan teknologi.
*        Transmisi sikap, nilai-nilai dan norma-norma
Sebagian besar sikap dan nilai-nilai itu dipelajari secara informal melalui situasi formal di kelas dan di sekolah. Melalui contoh pribadi guru.[8]
b)        Memilih dan mengajarkan peranan sosial
Sekolah diharapkan manusia sosial yang dapat bergaul dengan sesama manusia, meskipun berbeda agama, suku bangsa, pendirian, ekonomi dan sebagainya. Sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan situasi sosial yang berbeda-beda. Masyarakat kita telah mengenal diferensiasi dan spesialisasi. Berkembangnya diferensiasi dan spesialisasi banyak menimbulkan masalah. Kekurangan atau kelebihan tenaga spesialisasi dalam masyarakat, selalu menimbulkan berbagai macam masalah sosial. Oleh karena itu, peran sekolah menjadi sangat penting untuk membimbing karier anak didik dengan menggunakan beberapa pertimbangan, antara lain catatan prestasi anaak di sekolah dan hasil tes khusus mengenai kemampuan dan minat anak didik. Dengan demikian, fungsi sekolah adalah menyaring dan mengarahkan pilihan anak mengenai spesialisasi pekerjaan kelak dalam masyarakat.[9]
c)         Integrasi sosial
Untuk menjamin integrasi sosial maka sekolah memilik cara-cara tertentu yaitu:
§        Sekolah mengajarkan bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia.
§        Sekolah mengajarkan pengalaman-pengalaman yang sama kepada anak melalui keseragaman kurikulum dan buku-buku pelajaran dan buku bacaan di sekolah.
§        Sekolah mengajarkan kepada anak corak kepribadian nasional (national identity) melalui pelajaran sejarah, geografi nasional, dan upacara-upacara nasional.
d)        Inovasi sosial
Fungsi inovasi sosial pada sekolah melalui pendidikan di sekolah kepada masyarakat di sekelilingnya. Sekolah mengajarkan tentang kesehatan lingkungan, gizi, kebiasaan menabung, pembaharuan cara bertani, cara bekerja yang lebih efisien, dan sebagainya.
e)         Perkembangan kepribadian anak
Sekolah tidak saja mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan mempengaruhi perkembangan intelek anak, melainkan juga memperhatikan perkembangan jasmaninya melalui program olahraga dan kesehatan. Disamping itu pendidikan sekolah juga memperhatikan perkembangan watak anak melalui latihan kebiasaan dan tata tertib, pendidikan agama dan budi pekerti, dan sebagainya.
f)         Kebudayaan sekolah
Kebudayaan sekolah memiliki beberapa unsur penting, yaitu:
M  Letak lingkungan, dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah, mebiler, perlengkapan yang lain).
M  Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
M  Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri dari atas siswa, guru, non teaching specialist, dan tenaga administrasi.
M  Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.

Tiap sekolah mempunyai kebudayaan sendiri yang bersifat unik. Tiap sekolah memilik aturan tat tertib, kebiasaan, upacara, mars sekolah, pakaian seragam, dan lambang-lambang lain yang memberikan corak khas kepada sekolah yang bersangkutan. Penelitian menunjukan bahwa kebudayaan sekolah mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap proses dan cara belajar siswa. Apa yang dihayati oleh siswa itu (sikap dalam belajar, sikap terhadap kewibawaan, sikap terhadap nilai-nilai) berasal dari kebudayaan.[10]
g)        Pendidikan sekolah dan mobilitas sosial
Mobilitas sosial adalah gerakan individu dari suatu posisi ke posisi yang lain dalam suatu struktur sosial. Ada dua mobilitas sosial yaitu:
  Mobilitas sosial vertikal, yaitu gerakan individu turun naik dalam tangga masyarakat.
  Mobilitas horisontal, yaitu gerakan individu atau kelompok dalam ruangan geografik (migrasi).

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam mobilitas horisontal.
C.    Sosialisasi di Sekolah
Sekolah memegang peranan yang penting dalam proses sosialisasi anak, walaupun sekolah merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak.
Anak mengalami perubahan dalam kelakuan sosial setelah ia masuk sekolah. Di rumah ia hanya bergaul dengan orang yang terbatas jumlahnya, terutama dengan anggota keluarga dan anak-anak tetangga.
Di sekolah anak mengalami suasana yang berlainan. Anak melihat dirinya salah seorang diantara anak-anak lainnya. Demikian rasa egosentrisme berkurang berganti oleh kelakuan yang bercorak sosial. Dalam perkembangan fisik dan psikologis anak, selanjutnya anak memperoleh pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan anak-anak lain yang berbeda status sosialnya, kesukuan, agama, jenis kelamin, dan kepribadiannya. Lambat laun ia membebaskan diri dari ikatan rumah tangga untuk mencapai kedewasaan dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat luas.
Sekolah merupakan lembaga tempat anak terutama diberi pendidikan intelektual, yakni mempersiapkan anak untuk sekolah yang lebih lanjut. Namun dapat dikatakan bahwa pendidikan sosial masih belum mendapat tempat yang menonjol.[11]
 
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal sebagai tempat belajar siswa. Sekolah merupakan salah satu agen sosialisasi yang penting dalam kehidupan manusia.
Fungsi pendidikan sekolah adalah transmisi kebudayaan, memilih dan mengajarkan peranan sosial, integrasi sosial, inovasi sosial, perkembangan kepribadian anak, kebudayaan sekolah, dan pendidikan sekolah dan mobilitas sosial.
Sekolah memegang peranan yang penting dalam proses sosialisasi anak, walaupun sekolah merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak. Sosialisasi di sekolah membuat rasa egosentrisme berkurang dan digantikan oleh kelakuan yang bercorak sosial. Dalam sosialisasi di sekolah anak memperoleh pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan anak-anak lain yang berbeda status sosialnya, kesukuan, agama, jenis kelamin, dan kepribadiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Damsar. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana, 2011.
Nasution, S. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Padil, Moh dkk. Sosiologi Pendidikan. Malang: UIN-Maliki Press, 2010.


[1] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan,  (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 127.
[2] Moh. Padil dkk, Sosiologi Pendidikan, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), h. 145.
[3] Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 72.
[4] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 181.
[5] Moh. Padil dkk, Loc. Cit., h. 149.
[6] Ibid., h.149.
[7] Abu Ahmadi, Op. Cit., h.182.
[8][8] Ibid., hh.182-183.
[9] Moh. Padil dkk, Op. Cit., hh.151-153.
[10] Abu Ahmadi, Op. Cit., h.187.
[11] S. Nasution, Loc. Cit., hh.9-10.