Senin, 25 Februari 2013

Kisah Nabi Luth. AS


Kisah Nabi Luth. AS
L
uth adalah anak dari saudara Nabi Ibrahim. Luth ikut pindah ke Palestina bersama-sama Nabi Ibrahim dan pengikutnya. Sesudah di angkat menjadi Nabi dan Rasul, Nabi Luth ditugaskan untuk berdakwa di negeri Sadum (Sodom). Penduduk negeri Sadum ini sangat durhaka dan sangat bejad moralnya.
Bangsa Sadum tidak menyetujui adanya perkawinan. Mereka menyukai laki-laki sama lki-laki. Dan perempuan sama perempuan. Inilah kebiasaan bejad yang disebut Homo Seks dan Lesbian. Jadi janganlah mengira homo seks dan lesbian itu perilaku manusia modern. Ini sudah ada sejak dahulu kala dan sangat kuno, bejad, meseum, dan sesat lebih hina daripada binatang, karena binatang saja hanya mau menggauli lawan jenisnya.
Di samping itu mereka suka merampok dan menyamun. Mencegat orang di tengah jalan untuk di ambil hartanya dan menculik para pemuda untuk diperkosa.
Nabi Luth memberikan nasihat yang baik tapi mereka tidak mau menerimanya. Malah mengejek dan memaki. Jika mereka diingatkan akan adanya hari pembalasan dan azab Allah yang sangat pedih, mereka malah menantang Nabi Luth dengan berkata :”Hai luth, datangkanlah siksaan Allah itu, Hai Luth sekiranya kau orang yang benar.”
Pada suatu hari ada tiga tamu lelaki datang ke rumah Nabi Luth. Tiga lelaki itu wajahnya tampan dan kulitnya lembut. Kebiasaan kaun Sadum untuk merampas dan merebut lelaki tampan dan perkasa untuk di perkosa. Nabi Luthpun khawatir jika ketiga tamunya akan mengalami nasib tragis seperti itu. Tidak beberapa lama kemudian datanglah berbondong-bondong penduduk Sadum ke rumah Nabi Luth. Mereka berdiri di depan rumah Nabi Luth yang tertutup rapat. Mereka berteriak-teriak agar Nabi Luth menyerahkan ketiga tamunya.
Nabi Luth heran sebab tidak seorangpun tahu tentang adanya tamu yang hadir di rumahnya. Tentu ada yang jadi penghianat di dalam rumahnya.
Berkata Nabi Luth :”Hai kaumku, janganlah tamuku ini kau minta. Biarlah anak-anak perempuanku yang kuberikan!”
Jawab kaum Sadum :”Hai Luth ! Engkau sudah tahu maksud kami. Kami tidak menyukai perempuan. Kami hanya menghendaki laki-laki !”
Dengan sabar Nabi Luth menyadarkan kaumnya bahwa tindakannya itu tercela, namun kaumnya tidak mau peduli. Mereka tetap menuntut agar Nabi Luth menyerahkan tamunya.
Di saat yang genting itu ketiga pemuda tampan tadi berkata kepada Nabi Luth :”Hai Luth, kami ini sebenarnya para malaikat yang di utus Tuhan. Tenangkanlah hatimu. Mereka tidak akan membahayakanmu. Jika hari sudah malam keluarlah dari negeri ini bersama keluargamu, ingat janganlah kalian melihat ke belakang.”
Maka keluarlah Nabi Luth dengan keluarganya melalui pintu belakang. Hari menjelang pagi. Penduduk Sadum yang menunggu di depan rumah tak sabar lagi. Mereka mendobrak pintu rumah Nabi Luth. Mereka bersorak ketika melihat tiga pemuda tampan di dalam rumah Nabi Luth. Tetapi maksud mereka untuk membawa tiga pemuda itu tak kesampaian. Tiba-tiba sepasang mata mereka tak dapat melihat lagi. Mereka di azab sehingga menjadi buta.
Dan pagi-pagi sekali datanglah azab Allah itu, negeri Sadum ditimpa gempa bumi yang sangat dahsyat. Dan kaum Sadum itu di hujani batu yang sangat besar dan banyak sekali sehingga tidak ada seorangpun yang hidup.
Nabi Luth bersama istri dan kedua anaknya mendengar gemuruh hancurnya negeri Sadum. Mereka terus berjalan tanpa berani menoleh. Maka istri Nabi Luth tergerak hatinya untuk menoleh. Maka istri Nabi Luth mendadak berubah menjadi batu dan musnah bersama penduduk Sadum yang durhaka. Sesungguhnya wanita itulah yang menghianati keluarganya memberitahukan perihal kedatangan tamu Nabi Luth kepada kaumnya.

Musaqah, Muzara'ah, Mukhabarah, dan Ji'alah


Musaqah, Muzara’ah, Mukhabarah, Dan Ji’alah

A.  Musaqah
Musaqah terambil dari kata al-saqa, yaitu seseorang bekerja pada pohon tamar, anggur (mengurusnya), atau pohon-pohon yang lainnya supaya mendatangkan kemaslahatan dan mendapatkan bagian tertentu dari hasil yang diurus sebagai imbalan.
Musaqah, ialah: Mempergunakan buruh (orang upahan) untuk menyiram tanaman, menjaganya, memeliharanya dengan memperoleh upah dari hasil yang diperoleh dari tanaman itu, dibenarkan syara’.
Hukum ini disepakati para sahabat, tabi’in dan imam-imam mazhab. Hanya Abu Hanifah sendiri, demikian menurut riwayat, tidak mensahkan.
Menurut Asy Syafi’y dalam Al Qadim yang dipilih oleh ulama mutaakhkhirin dari ashbabnya musyaqah dibolehkan terhadap semuah pohon yang berbuah. Pendapat ini disetujui Abu Hanifah dan Muhammad. Dalam Al Jadid, musaqah hanya dibenarkan terhadap batang korma dan batang anggur saja, dan Kata Daud: Hanya dibenarkan mengenai batang korma saja.
Menurut Hanabilah, al-musaqah mencakup dua masalah yaitu:
1.    Pemilik menyerahkan tanah yang sudah ditanami, seperti pohon anggur, kurma dan yang lainnya, baginya ada buahnya yang dimakan sebagai bagian tertentu dari buah pohon tersebut, seperti sepertiganya atau setengahnya.
2.    Seseorang menyerahkan tanah dan pohon, pohon tersebut belum ditamankan, maksudnya supaya pohon tersebut ditanam pada tanahnya, yang menanam akan memperoleh bagian tertentu dari buah pohon yang ditanamnya, yang kedua ini disebut munashabah mugharasah karena pemilik menyerahkan tanah dan pohon-pohon untuk ditanamkannya.

B.  Muzara’ah
Menurut bahasa, al-muzara’ah memiliki dua arti yang pertama al-muzara’ah yang berarti tharh al-zur’ah (melemparkan tanaman), maksudnya adalah modal (al-hadzar). Makna yang pertama adalah makna majaz dan makna yang kedua ialah makna hakiki.
Ulama-ulama Hanafiyah berkata: “Muzara’ah pada syara’, Ialah: suatu akad tentang pekerjaan di atas tanah oleh seseorang dengan pemberian sebagian hasil, baik dengan cara menyewakan tanah dengan sebagian hasil, ataupun yang empunya tanah mengupahkan yang bekerja dengan pembagian hasil. Kata Abu Hanifah dan Muhammad: Boleh. Pendapat inilah yang difatwakan dalam mazhab Hanafi. Dan Abu Hanifah berkata: Boleh muzara’ah kalau kerja dan bibit kepunyaan bersama. Dengan demikian berartilah si pekerja menyewa tanah dengan alat-alatnya dan berarti pula pemilik mengupah pekerjaan dengan memberikan alat-alat dan bibit itu.”
Ulama-ulama Malikiyah berkata: “Muzara’ah pada syara’ ialah: suatu akad yang batal, kalau tanah dari salah seorang sedang bibit dan alat dari orang lain. Muzara’ah yang dibolehkan ialah berdasarkan upah. Ringkasnya, tidak boleh menyewakan, atau mengupah dengan hasil yang diperoleh dari tanah. Dan boleh kalau dengan upah yang tertentu.
Ulama-ulama Hanbaliyah berkata: Muzara’ah ialah: orang yang mempunyai tanah yang dapat dipakai untuk bercocok tanam memberikannya kepada seorang yang akan mengerjakan serta memberikan kepadanya bibit, atas dasar diberikan kepadanya sebagian dari hasil bumi itu, sepertiga, atau seperdua dengan tidak ditentukan banyak sukatan. Ringkasnya: Ulama-ulama Hanbaliyah membolehkan muzara’ah dan hendaklah bibit itu diberikan oleh pemilik tanah.
Sedangkan menurut mu’tamad mazhab Syafi’iyah, “Muzara’ah (mengerjakan tanah orang dengan memperoleh sebagian dari hasilnya), sedang bibit (biji) yang dipergunakan kepunyaan pemilik tanah, tidak dibolehkan, karena tidak sah menyewakan tanah dengan hasil yang diperoleh dari padanya.” Namun sebagian ulama Syafi’iyah membolehkan, sama dengan musyaqah (memberi upah).

C.  Mukhabarah
Muzara’ah dan mukhabarah memiliki makna yang berbeda, pendapat tersebut dikemukakan oleh al-Rafi’i dan al-Nawawi. Sedangkan menurut al-Qadhi Abu Thayid, muzara’ah dan mukhabarah merupakan satu pengertian.
Mukhabarah adalah Kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dengan pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan diperlihara dengan imbalan tertentu (persentase) dari hasil panen yang benihnya berasal dari penggarap.
Setelah diketahui definisi di atas, dapat dipahami bahwa mukhabarah dan muzara’ah ada kesamaan dan ada pula perbedaan. Persamaan ialah antara mukhabarah dan muzara’ah terjadi pada peristiwa yang sama, yaitu pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada orang lain untuk dikelola. Perbedaan ialah pada modal, bila modal berasal dari pengelola, disebut mukhabarah, dan bila modal dikeluarkan dari pemilik tanah, disebut muzara’ah.
Imam Hanafi, Jafar dan Imam Syafi’i, tidak membolehkan mukhabarah sebab tidak ada landasan yang membolehkan.

D. Ji’alah
Ji’alah ialah meminta agar mengembalikan barang yang hilang dengan bayaran yang ditentukan. Rukun ji’alah yaitu lafazh, orang yang menjanjikan upahnya, pekerjaan, dan upah.
Kalau orang yang kehilangan itu berseru kepada masyarakat umum. Kemudian dua orang yang berkerja mencari barang itu, sampai keduanya mendapatkan barang itu bersama-sama, maka upah yang dijanjikan tadi berserikat antara kedunya.
“Membawa kembali budak yang lari, berhak menerima upah, apabila ada disyaratkan.”
Hukum ini disepakati para mujtahidin.
Masing-masing pihak boleh menghentikan perjanjian sebelum bekerja. Kalau yang membatalkan orang yang bekerja, dia tidak mendapat upah, sekalipun ia sudah bekerja. Tetapi kalau yang membatalkan adalah pihak yang menjanjikan upah, maka yang bekerja berhak menuntut upah sebanyak pekerjaan yang sudah di kerjakan.
Kata Abu Hanifah dan Ahmad: Berhak meminta upah walaupun tidak menjadi uruf bahwa membawa kembali budak yang lari itu diberikan upah.
Kata Malik: Kalau sudah terkenal (susah ma’ruf) bahwa mengembalikan budak lari diberikan upah, berhak ia menerima upah berdasarkan kepada jauh dan dekatnya tempat budak itu diketemukan. Kalau tidak ma’ruf demikian, tidaklah diberikan upah, hanya diganti ongkos yang telah dikeluarkannya saja.

Kisah Nabi Yusuf. AS


Kisah Nabi Yusuf. AS
Mimpi Nabi Yusuf. AS
Y
usuf adalah putra Nabi Ya’qub. Di antara dua belas orang anak-anak Ya’qub, Yusuf dan Bunyaminlah yang paling dicintai. Hal ini menimbulkan iri hati saudara-saudaranya yang lain. Yusuf wajahnya sangat tampan, lebih tampan daripada sudara-saudaranya yang lain. Bentuk tubuhnya sangat bagus. Terlebih setelah ibunya meninggal dunia maka ia makin di sayangi oleh ayahnya.
Pada suatu malam ia bermimpi. Ia melihat sebelas bintang, bulan, dan matahari bersujud kepadanya. Esok harinya ia ceritakan hal itu kepada ayahnya. “Sebelas bintang adalah saudara-saudaramu. Matahari adalah ayahmu. Bulan adalah ibumu. Semua akan menghormatimu. Kelak kau akan menjadi orang yang besar, maka jangan sampai saudara-saudaramu tahu. Jika saudaramu tahu mereka akan mencelakakanmu.”
Namun tanpa setahu Yusuf dan ayahnya ternyata salah seorang saudaranya mengetahui pembicaraan ayahnya itu. Sejak saat itu mereka sangat membenci Yusuf dan selalu berusaha mencelakakannya. Pada suatu hari mereka meminta izin kepada ayahnya untuk mengajak Yusuf berburu binatang. Mula-mula Nabi Ya’qub tidak mengizinkan, tapi setelah mereka menunjukkan kesanggupannya menjaga Yusuf  dari bahaya maka Nabi Ya’qub mengizinkan. Yusuf boleh ikut berburu. Tinggal Bunyamin yang menemani Nabi Ya’qub di rumah.
Di tengah hutan, setelah berburu tiba-tiba mereka menangkap Yusuf.
“hei, mau kalian apakan aku ini ?” protes Yusuf.
“diam!” bentak salah seorang kakaknya.
Mereka hendak membunuh Yusuf, namun tidak sampai hati. Salah seorang mengusulkan agar dimasukkan saja ke dalam sumur. Pasti ada khafilah yang akan mengambilnya dan Yusuf pasti akan dijual sebagai budak. Dengan demikian Yusuf tersingkir dari keluarga Ya’qub. Usul itu disetujui. Demikianlah Yusuf yang masih kecil tak berdaya ketika saudara-saudaranya yang lebih besar memasukannya ke dalam sumur. Sebelumnya baju Yusuf telah di lepas. Mereka kemudian membunuh hewan, darahnya ditumpahkan ke baju Yusuf. Setelah pulang mereka berkata bahwa Yusuf telah dimakan serigala hingga bajunya berlumur darah.
Nabi Ya’qub sangat sedih mendengar hal itu. Demikian sangat kesedihannya sehingga selalu menangis dan matanya menjadi buta.
Menjadi Budak Belian
Tidak berapa lama Yusuf di dalam sumur, ada serombongan khafilah yang hendak mengambil air. Mereka menemukan Yusuf. Maka Yusuf dibawa sebagai tawanan, mereka akan menjualnya di negeri Mesir.
Sesampai di Mesir, Yusuf benar-benar dijual sebagai budak. Pembelinya seorang menteri kerajaan bernama Kitfir. Kemudian menteri tersebut menyerahkan Yusuf kepada istrinya yaitu Zulaiha. Kitfir dan Zulaiha tidak mempunyai anak. Mereka bermaksud menjadikan Yusuf sebagai anak angkatnya. Kini Yusuf hidup di lingkungan istana kerajaan Mesir. Makin lama makin tampaklah bahwa Yusuf seorang pemuda yang tampan lagi cerdas. Zulaiha kemudian mengangkatnya sebagai kepala pelayan istana.
Zulaiha Tergoda Ketampanan Yusuf
Sebagai pemuda yang tampan dan ramah, Yusuf telah menarik perhatian Zulaiha. Bukan sebagai ibu dan anak. Zulaiha tertarik kepada Yusuf sebagai seorang wanita kepada lelaki dewasa. Pada suatu hari, disaat suaminya pergi. Zulaiha mengenakan pakaian terbaik, bau parfum tersebar di seluruh tubuhbya. Ia menghampiri Yusuf di kamarnya. Yusuf berdebar kencang saat melihat penampilan Zulaiha yang lain  dari biasanya. Begitu menyolok dan merangsang. Berkata Zulaiha kepada Yusuf : “Marilah Yusuf, seluruh jiwa dan ragaku kuserahkan kepadamu.”
Yusuf hampir tergoda, namun ia segera ingat kepada Tuhan. Ia pun berkata : “Aku berlindung kepada Allah dari perbuatan maksiat ini. Bagaimanakah aku akan melakukan perbuatan ini, sedang suamimu adalah Tuanku yang telah memuliakan dan berbuat baik kepadaku. Adalah tidak patut jika suatu kebaikan di balas dengan penghinaan.”
Akan tetapi hati dan pikiran Zulaiha telah dikuasai nafsu dan tergoda bujukan iblis. Ia tidak menghiraukan peringatan Yusuf. “Yusuf.” Desah Zulaiha sambil menghamburkan dan memeluk Yusuf erat-erat. “Tidak seorangpun melihat kita. Tidak akan ada yang mengetahui perbuatan kita.”
 “Allah mengetahuinya!” jawab Yusuf sambil berontak melepaskan diri. Buru-buru ia melarikan diri dari dalam kamar. Zulaiha mengejar dan berhasil memegang baju belakang Yusuf. Ia berharap Yusuf akan berhenti dan mau melayaninya. Tapi Yusuf terus berlari sehingga bajunya robek dibagian belakang. Di saat demikian tiba-tibaKitfir datang, Zulaiha segera menghampiri suaminya dan berkata :”Yusuf hendak memaksaku melakukan perbuatan meseum.”
“Tidak!” sahut Yusuf.”Dialah yang memaksakan saya untuk melakukan perbuatan keji itu.”
Terjadilah saling tuduh menuduh. Disaat demikian datanglah tetangga dekat sekaligus sebagai penengah. Berkata tetangga itu :”Kita lihat saja, jika baju Yusuf robek dibagian depan berarti dia hendak memaksa Zulaiha berbuat meseum. Jika bajunya robek di bagian belakang itu pertanda Zulaiha yang memaksa Yusuf berbuat meseum.”
Kitfir memeriksa dan ternyata baju Yusuf robek di bagian belakang. Betapa malu besar kerajaan Mesir itu. Ternyata istrinya sendiri yang berbuat salah. Kitfir menghampiri Yusuf dan berkata :”Rahasiakanlah peristiwa ini, simpan baik-baik, jangan ada orang yang tahu. dan kamu Zulaiha mohonlah ampun kepada Tuhanmu atas dosa yang telah kamu lakukan. Bertaubatlah kepada-Nya dengan bertaubat yang sebenarnya.”
Mereka Terpesona
Walau sudah diusahakan agar tidak bocor tapi peristiwa Zulaiha dengan anak angkatnya itu akhirnya terdengar juga oleh tetangga kanan kiri. Para wanita baik tua maupun muda sama mempergunjingkannya. Zulaiha merasa malu. Dalam hati ia berkata : “Mereka belum pernah melihat Yusuf karena selama ini Yusuf selalu berada di dalam rumah. Coba andaikata mereka sudah melihatnya. Pasti mereka tergila-gila dari pada aku.”
Pada suatu hari Zulaiha mengundang para wanita yang telah menggunjingkannya. Setiap wanita yang datang diberi buah-buahan dan sebilah pisau yang tajam untuk mengupas buah-buahan yang dihidangkan itu. Di saat para wanita itu asyik mengupas buah dengan pisau di tangannya, Zulaiha memerintahkan pelayan untuk memanggil Yusuf agar berjalan di ruang tamu. Semua orang terbelalak kagum ketika melihat penampilan Yusuf yang tampan dan ganteng itu. Semua tercengang dan sejenak lupa diri. “Inilah pemuda yang kalian gunjingkan. Ternyata kalian juga mengagumi kegantengannya. Sehingga tanpa sadar kalian telah mengupas kulit tangan kalian sendiri.” Kata Zulaiha.
Yusuf segera masuk ke dalam. Pada saat itulah para wanita tadi baru sadar bahwa yang mereka kupas bukan buah yang dipegang tapi kulit tangan sendiri, darah bercucuran, suasana menjadi panik. Dengan tersipu malu mereka segera kembali pulang ke rumah masing-masing.
Namun isu tentang Zulaiha dan Yusuf masih terus merebak ke seluruh penjuru. Para wanita masih mempergunjingkannya. Untuk menutupi rasa malunya maka Kitfir akhirnya memasukkan Yusuf ke dalam penjara. Hal ini di lakukan secara terpaksa bahwa walaupun Yusuf benar dan Zulaiha salah namun Yusuf yang masuk penjara.
Yusuf Dipenjara
Memang tak ada jalan lain bagi Kitfir. Yusuf harus dipenjara. Jika tidak, Zulaiha akan terus tergoda dan siapa tahu lama-lama Yusuf tidak mampu mempertahankan kesuciannya. Berangkat dari pemikiran inilah Kitfir menjebloskan Yusuf ke dalam penjara.
Di dalam penjara ada dua pelayan raja. Yang pertama bernama Nabo kepala bagian minuman. Kedua bernama Malhab kepala bagian makanan kue-kue. Keduanya di tuduh hendak membunuh raja dengan menaruh racun dalam makanan dan minuman. Di dalam penjara Yusuf mengajak kedua orang itu untuk bertaubat. Beribadah hanya kepada Allah saja.
Pada suatu hari Nabo menceritakan mimpinya kepada Yusuf : “Aku bermimpi memeras anggur yang akan ku jadikan khamar.”
Nabo meminta Yusuf mengartikan mimpinya itu. Dengan tenang dan yakin Yusuf menerangkan arti mimpi Nano :” bergembiralah kau Nabo. Sebentar lagi kau akan dibebaskan dari penjara. Kau akan diterima lagi sebagai kepala bagian minuman Raja karena tuduhan terhadapmu tidak terbukti.”
Malhab menceritakan mimpinya dan meminta Yusuf untuk mengartikannya :”Aku telah bermimpi membawa kue diatas kepalaku, ketika itulah seekor burung datang memakan kue itu.”
“Sayang sekali Malhab, kata Yusuf, “Kau akan mengalami nasib buruk , tuduhan terhadapmu terbukti, Raja akan menghukummu sampai mati ditiang salib. Mayatmu akan dimakan burung buas mulai dari kepalamu.”
Beberapa hari kemudian tafsir mimpi itu terbukti kebenarannya. Nabo dibebaskan dari tuduhan dan diperbolehkan bekerja di istana lagi. Sedang Malhab dihukum mati karena terbukti kesalahannya hendak meracuni Raja.
Sebelum keluar dari penjara, Yusuf telah berpesan kepada Nabo agar menyampaikan keadaannya di dalam penjara. Ia ingin Raja meninjau kembali keputusannya karena sesungguhnya ia tidak bersalah. Justru Zulaihalah yang bersalah.
Namun setan membuat Nabo jadi lupa sehingga Yusuf tetap berada dalam penjara selama beberapa tahun lagi.
Menafsirkan Mimpi Raja
Pada suatu hari Raja Mesir memanggil semua penasihat dan tukang ramalnya. Tadi malam sang raja bermimpi melihat tujuh ekor lembu kurus memakan tujuh ekor lembu yang gemuk-gemuk. Dan melihat tujuh tangkai gndum yang hijau dan tujuh tangkai gandum kering.
Para penasihat, dukun, tukang ramal diperintah untuk mengartikan mimpi sang raja. Namun tidak ada seorangpun yang mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Raja sangat kecewa. Untunglah Nabo ingat akan kepandaian Yusuf sewaktu berada di penjara. Ia mengatakan hal itu kepada Raja. Bahwa ada seorang pemuda yang pandai mengartikan mimpi tersebut. Raja mengutus Nabo untuk menemui Yusuf di penjara dan meminta Yusuf agar mau mengartikan mimpi tersebut. Yusuf bukan hanya bersedia mengartikan mimpi tersebut. Ia malah menerangkan jalan keluar dari arti mimpi sang raja itu.
Berkata Yusuf : “Mesir akan mengalami masa subur selama tujuh tahun dan mengalami paceklik selama tujuh tahun.”
“Oleh karena itu,” Sambung Yusuf. “Hasil panen selama tujuh tahun di masa subur harus disimpan baik-baik, jangan dihambur-hamburkan. Untuk persediaan tujuh tahun masa paceklik.”
Nabo kembali menghadap raja. Setelah disampaikan arti mimpi itu sang raja merasa senang. Di saat itulah Nabo menyampaikan pesan Yusuf  agar sang raja mau mengadili Yusuf dengan seadil-adilnya karena sesungguhnya ia tidak bersalah. Perkataan Yusufpun diselidiki dan setelah terbukti ia tidak bersalah sang raja membebaskannya dari penjara.
Menjadi Menteri Ekonomi Kerajaan Mesir
Setelah sang raja mengetahui kebenaran dan kesucian Yusuf, ia makin tertarik. Terlebih setelah diketahuinya bahwa Yusuf itu orang yang cerdas sehingga mampu memberikan jalan keluar persoalan ekonomi kerajaan Mesir, maka sang raja akhirnya memanggil Yusuf untuk diangkat sebagai Menteri Ekonomi.
Yusuflah mengepalai perbendaharaan negara. Ia menjadi kepala gudang agar dapat menanggulangi keserakahan para pejabat korup dan penindasan mereka terhadap rakyat kecil terutama jika nanti tiba musim paceklik.
Ketika Paceklik Tiba
Apa yang diucapkan Yusuf menjadi kenyataan. Sesudah berlangsung masa subur selama tujuh tahun maka datanglah masa paceklik. Masa paceklik itu juga melanda daerah Palestina tempat tinggal Nabi Ya’qub dan saudara-saudaranya Yusuf. Negeri Palestina yang tidak tahu menahu bakal datangnya kemarau panjang itu tentu kelabakan. Rakyatnya banyak yang menderita kelaparan. Demi mendengar dinegeri Mesir banyak tersedia bahan makanan dan boleh ditukar dengan emas oleh umum anak-anak Nabi Ya’qub bermaksud pergi ke Mesir.
Pada waktu itu Bunyamin tidak ikut serta. Sewaktu mereka tiba di Mesir dan menukar emasnya dengan gandum, mereka sama sekali tak mengira bahwa kepala gudang perbendaharaan negeri Mesir adalah Yusuf saudara mereka sendiri. Yusuf mengetahui mereka namun pura-pura tidak mengenalnya.
Yusuf memperlakukan mereka sebagai tamu terhormat. Di jamu dengan makanan yang lezat-lezat. Mereka juga di beri bekal perjalanan pulang. Ketika mereka bersiap-siap hendak pulang ke Palestina, Yusuf berkata kepada mereka : “ Bawalah saudaramu yang seayah (maksudnya Bunyamin) jika tidak kamu bawa, lain kali kalian tidak kuperbolehkan masuk negeri Mesir dan tidak boleh membeli bahan makanan di sini.”
Mereka kaget mendengar ucapan sang menteri. Tak disangka sang menteri mengetahui bahwa mereka masih mempunyai saudara lagi yaitu Bunyamin.
Bunyamin Bertemu Yusuf
Ketik mereka tiba di rumah dan membuka karung gandum. Ternyata emas-emas yang mereka tukarkan berada di dalam karung gandum. Mereka heran dan segera melaporkan kepada Nabi Ya’qub : “Sungguh aneh ?” gumam Nabi Ya’qub.
Ketika mereka mengatakan keinginan Menteri Ekonomi agar mereka mau membawa Bunyamin ke Mesir, Nabi Ya’qub langsung menolak. Ia khawatir Bunyamin akan mengalami nasib serupa Yusuf dahulu.
“Jika kami tidak boleh membawa Bunyamin maka kami tidak boleh memasuki negeri Mesir dan tidak boleh membeli bahan makanan lagi.” Kata mereka.
Nabi Ya’qub tetap tidak memperbolehkan Bunyamin dibawa pergi. Trauma atas kehilangan Yusuf masih menghantui dirinya. Namun ketika persediaan bahan makanan semakin menipis, maka tak bisa tidak mereka harus pergi ke Mesir lagi.
“Bersumpahlah atas nama Tuhan,” kata Nabi Ya’qub. “Bahwa kalian harus menjaga Bunyamin dengan segenap jiwa raga kalian. Jika terjadi sesuatu kalian harus membelanya sampai titik darah terakhir.”
Mereka serentak menyatakan kesediaannya untuk melindungi Bunyamin dan bersumpah demi Allah akan membela dan membawa Bunyamin kembali.
Demikianlah untuk kedua kalinya mereka pergi ke Mesir. Yusuf sebenarnya tak kuat menahan diri begitu melihat Bunyamin. Ia ingin segera memeluk Bunyamin erat-erat karena sudah lama tidak bertemu dengan adik kandungnya itu. Namun untuk sementaraia tidak ingin saudara-saudaranya yang lain tahu bahwa ia adalah Yusuf yang pernah mereka masukkan ke dalam sumur. Ia mencari cara agar Bunyamin dapat tinggal di istana. Tidak ikut pulang ke Palestina. Yusuf kemudian meletakkan piala raja yang terbuat dari emas di karung Bunyamin. Untuk sementara Yusuf membiarkan saudara-saudaranya berjalan ke luar kota. Namun tidak lama kemudian ia memerintahkan prajurit untuk menyusul rombongan saudara-saudaranya itu.
Mereka terkejut ketika serombongan prajurit menyusul dan memintanya berhenti.
“Raja kami kehilangan piala yang terbuat dari emas. Apakah kalian mengetahuinya. Siapa yang menemukan piala itu akan diberi hadiah gandum satu tunggangan unta.”
“Kami datang ke Mesir bukan untuk membawa kerusuhan.” Kata saudara Yusuf.” Dan kami bukanlah termasuk orang-orang yang mencuri.”
Para prajurit berkata :”Apakah hukuman bagi orang yang melakukan pencurian itu ?”
“Hukumannya adalah menjadi budak. Itulah tebusan dari perbuatannya.” Jawab saudara-saudara Yusuf.
Prajurit itu kemudian menggeledah tiap karung dari saudara-saudara Yusuf. Tiba-tiba mereka menemukan di dalam karung Bunyamin. Tanpa kompromi lagi, Bunyamin dibawa menghadap Menteri Ekonomi yaitu Yusuf. Saudara-saudaranya lain di perbolehkan pulang. Yahudza tidak merasa pulang, ia merasa malu kepada ayahnya karena telah berjanji melindungi Bunyamin dari segala marabahaya, nyatanya Bunyamin sekarang tak bisa ia bawa pulang.
Yahudza bersumpah tidak akan pulang sebelum membawa Bunyamin atau ayahnya sendiri yang memanggil pulang. Sementara itu Bunyamin gemetar saat dihadapkan kepada Menteri Ekonomi Mesir. Baru kali ini ia berhadapan dengan pejabat tinggi di istana Mesir. Wajahnya pucat pasi, tapi hal itu tak berlangsung lama karena Yusuf segera memeluknya dan mengatakan siapa sebenarnya sang Menteri Ekonomi itu.
Pertemuan kakak beradik itu benar-benar mengharukan, Bunyamin menangis terisak-isak. Ia segera menceritakan nasib ayahnya di Palestina. Betapa menderitanya sang ayah sejak ditinggal Yusuf. Setiap hari ayahnya menangis sampai matanya menjadi putih dan tak dapat melihat lagi.
Impian Itu Menjadi Kenyataan
Begitu mengetahui sembilan orang anaknya pulang tanpa membawa Bunyamin, Nabi Ya’qub terpukul jiwanya. Ia benar-benar sedih. Sudah kehilangan Yusuf kini Bunyamin dijadikan budak oleh penguasa Mesir. Dari hari kehari tampak nian kesedihan Nabi Ya’qub. Kini ia lebih suka menyendiri di mihrabnya (tempat ibadah). Hanya Tuhan tempatnya mengadu dan berkeluh kesah.
Pada suatu hari ia mendapat ilham bahwa Yusuf masih hidup dan tak lama lagi ia akan berjumpa dengan anak yang sangat dicintainya.
Nabi Ya’qub kemudian memerintahkan anak-anaknya mengembara ke Mesir :“Carilah kabar tentang Yusuf di Mesir dan berusahalah membebaskan  Bunyamin agar dapat pulang.”
Karena tak sampai hati melihat penderitaan ayahnya, anak-anaknya Nabi Ya’qub itu akhirnya pergi ke Mesir lagi. Mereka langsung menghadap Menteri Ekonomi. Di samping hendak meminta bantuan bahan makanan mereka juga meminta agar penguasa Mesir mau membebaskan Bunyamin.
“Ayah kami sangat sedih sejak kehilangan Yusuf. Terlebih setelah Bunyamin juga tak dapat pulang. Kami benar-benar mengharap belas kasihan Paduka agar mau membebaskan Bunyamin sehingga dapat mengurangi penderitaan ayah kami.”
Akhirnya Yusuf tak sampai hati mendengar penuturan saudara-saudaranya tentang ayahnya yang menderita. Sambil tersenyum ia berkata : “Masih ingatkah kalian kepada saudaramu Yusuf yang kalian lemparkan ke dalam sumur tanpa belas kasih. Kalian meninggalkannya seorang diri seperti barang yang tak berharga. Tak kalian hiraukan ratap tangisnya dan kalian terus saja pulang tanpa merasa bersalah.”
Mendengar ucapan sang Menteri mereka terkejut. Bagaimana Menteri itu bisa mengetahui perkara rahasia yang tak pernah mereka bocorkan. Mereka saling pandang. Perlahan-lahan mereka mengamati wajah sang Menteri. Senyumnya, wajahnya, bentuk tubuhnya dari atas sampai bawah. Dan akhirnya hampir berbareng mereka berucap :”Engkau Yusuf!”
“Benarlah!” jawab Yusuf. “Aku Yusuf dan inilah adikku Bunyamin. Allah dengan rahmat-Nya telah mengakhiri penderitaanku dari ujian berat yang telah kualami. Dan dengan rahmat-Nya pula kami dikaruniai rezeki berlimpah ruah dan penghidupan yang sejahtera. Demikianlah barangsiapa yang bersabar, bertaqwa dan bertawakal tidaklah akan luput dari pahala dan ganjaran-Nya.”
Saudara-saudara Yusuf gemetar mendengarpengakuan itu. Terbayang kembali perbuatan mereka saat memasukkan Yusuf ke dalam sumur. Mereka kuatir kalau Yusuf membalas dendam. Tapi ternyata Yusuf bukanlah orang yang pendendam. Mereka dimaafkan. Yusuf kemudian mengambil baju gamisny dan diserahkan kepada saudara-saudaranya.
“Usapkanlah baju ini pada kedua belah mata ayah, Insya Allah beliau dapat melihat kembali. Kemudian ajaklah ayah dan ibu ke Mesir secepatnya. Aku sudah tak sabar untuk bertemu.”
Demikianlah, setelah mereka datang ke Palestina. Baju gamis Yusuf segera diusapkan di dua belah mata ayahnya. Atas kehendak Allah Nabi Ya’qub yang buta bisa melihat kembali. Nabi Ya’qub dan keluarganya kemudian pindah ke Mesir memenuhi permintaan Yusuf.
Kini lengkaplah sudah kebahagiaan Yusuf karena dapat berkumpul dengan seluruh keluarganya. Yusuf menaikkan ayah dan ibu tirinya ke singgahananya. Apa yang pernah diimpikannya dulu sekarang menjadi kenyataan.