Kamis, 04 April 2013

Strategi dalam Pembelajaran


PENDAHULUAN

Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru diharapkan paham tentang  strategi pembalajaran atau dengan kata lain adalah cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Banyak pengajar atau guru yang tidak memiliki latar keilmuan tentang strategi pembelajaran, namun mampu mengajar dengan baik dan siswa yang diajar merasa senang dan termotivasi. Sebaliknya, ada guru yang telah menyelesaikan pendidikan keguruannya secara formal dan memiliki pengalaman belajar yang cukup lama, namun dalam mengajar yang dirasaka siswanya tetap tidak enak. Mengapa bisa demikian ?? karena strategi pembelajaran merupakan seni yang bisa dimiliki seseorang tanpa harus belajar ilmu cara-cara mengajar.
Mengapa perlu menggunakan suatu strategi dalam pembelajaran????. Penggunaan strategi dalam pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah sehinnga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secra efektif dan efisien. Strategi pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa, penggunaan strategi pembelajaran dapat mempermudah dan mempercepat memahami isi pembelajaran, karena setiap strategi dalam pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa.


PEMBAHASAN

STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN

A.      Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi adalah; a) ilmu siasat perang; b) siasat perang; c) bahasa pembicaraan akal (tipu muslihat) untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, atau siasat perang.[1]
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.[2]
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa strategi merupakan cara atau teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan hasil yang efektif dan efisien. Dapat digunakan dalam berbagai hal seperti siasat perang maupun proses pembelajaran.
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut “instructus” atau “intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran.[3]
Ada lima prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran yaitu:
a)    Pembelajaran sebagai usaha untuk memperoleh peubahan perilaku, prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri peserta didik (walaupun tidak semua perubahan perilaku peserta didik merupakan hasil pembelajaran).
b)   Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan-perubahan itu meliputi aspek kognitif, afektif, dan motorik.
c)    Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu akivitas yang  berkesinambungan, didalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah. Jadi, pembelajaran bukan sebagai suatu benda atau keadaan yang statis, melainkan merupakan suatu rangkaian aktivitas- aktivitas yang dinamis dan saling berkaitan.
d)   Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan adanya suatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktivitas pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan dan adanya tujuan yang ingai dicapai. Atas dasar prinsip itulah pembelajaran akan terjadi. Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan atau motivasi dan tujuan.
e)    Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu, pembelajaran merupakan bentuk interaksi individu dengan lingkungannya sehingga banyak memberi pengalaman dari situasu nyata.[4]

Strategi pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu cara atau seperangkat cara atau teknik yang dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau peserta didik dalam melakukan upaya terjadinya suatu perubahan tingkah laku atau sikap. Oleh karena itu strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.[5]
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda.[6]
Strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lainnya.[7]
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan dapat dicapai. Strategi pembelajaran adalah suatu cara atau metode yang dilakukan oleh pendidik (guru) terhadap peserta didik (murid) yang lain dalam upaya terjadinya perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan motorik secara berkesinambungan.

B.       Komponen-Komponen Strategi Pembelajaran
Dalam menerapkan strategi pembelajaran ada beberapa komponen yang harus diperhatikan agar dalam kegiatan pembelajaran dapat mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.[8]
Dengan demikian secara garis besar komponen strategi pembelajaran adalah:
1)   Tujuan pengajaran
Tujuan pengajaran merupakan acuan yang dipertimbangkan  untuk memilih strategi dalam pembelajaran. Tujuan pengajaran yang beorientasi pada pembentukan sikap tentu tidak akan dapat dicapai jika strategi pembelajarannya berorientasi pada dimensi kognitif.[9]
2)   Guru
Masing-masing guru berbeda dalam pengalaman pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan hidup, maupun wawasannya. Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang digunakan dalam program pengajaran.[10]
3)   Peserta didik
Di dalam kegiatan belajar-mengajar, peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Seperti lingkungan sosial, lingkungan budaya, gaya belajar, keadaan ekonomi, dan tingkat kecerdasan. Masing-masing berbeda-beda pada setiap peserta didik. Makin tinggi kemajemukan masyarakat, makin besar pula perbedaan atau variasi ini dalam kelas. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam menyusun suatu strategi dalam pembelajaran yang tepat.[11]
4)   Materi pelajaran
Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan materi informal. Materi formal adalah isi pelajaran yang terdapat pada buku teks resmi di sekolah, sedangkan materi informal ialah bahan-bahan ajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Komponen ini merupakan salah satu masukan yang tentunya perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar.[12]
5)   Metode pengajaran
Ada berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar. Ini perlu, karena ketepatan metode akan mempengaruhi bentuk strategi pembelajaran.[13]
6)   Media pengajaran
Media merupakan sarana pendidikan yang tersedia, sangat berpengaruh terhadap pemilihan strategi belajar-mengajar. Keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari canggih atau tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan media yang digunakan oleh guru.[14]
7)   Faktor administrasi dan finansial
Termasuk dalam ini adalah jadwal pelajaran, kondisi gedung, dan ruang belajar, yang juga merupakan hal-hal yang tidak boleh diabaikan dalam pemilihan strategi belajar-mengajar.[15]
8)   Pengelolaan kelas
Suasana kelas yang kondusif akan mampu mengantarkan pada prestasi akademik dan non akademik peserta didik maupun kelasnya secara keseluruhan.[16]

Delapan komponen diatas haruslah diperhatikan oleh seorang guru untuk menetapkan strategi dalam pembelajaran. Jika salah satu komponen tersebut terabaikan, maka bukan tidak mungkin strategi pembelajaran yang digunakan akan terhambat.

C.      Kriteria Pemilihan Strategi dalam Pembelajaran
Konsepsi pembelajaran modern menuntut peserta didik kreatif, responsif, dan aktif dalam mencari, memilih, menemukan, menganalisi, menyimpulkan, dan melaporkan hasil belajarnya. Model pembelajaran yang seperti ini hanya dapat terlaksana dengan baik apabila guru mampu mengembangkan strategi dalam pembelajaran yang efektif. Mengingat terdapat berbagai strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, namun tidak semua sama efektifnya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, dibutuhkan kreativitas guru dalam mengembangkan dan memilih strategi pembelajaran.
Memilih strategi pembelajaran hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi didasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria, tolak ukur atau standar adalah suatu ukuran yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal untuk memilih sesuatu. Oleh karena itu, setiap pemilihan srtategi dalam pembelajaran diperlukan kriteria sebagai acuan atau patokan.
Pemilihan strategi dalam pembelajaran harus memperhatikan kriteria, yaitu:[17]
a)    Kesesuaian strategi pembelajaran dengan tujuan atau kompetensi, maksudnya setiap tujuan apakah masuk dalam kawasan kognitif, afektif, atau psikomotor yang pada hakikatnya dapat menggunakan strategi pembelajaran tertentu untuk mencapainya.
b)   Kesesuaian strategi pembelajaran dengan jenis pengetahuan, maksudnya secara konseptual materi pelajaran dibagi dalam beberapa jenis pengetahuan, misalnya verbal, visual konsep, dan sikap.
c)    Kesesuaian strategi pembelajaran dengan sasaran, maksudnya siapakah peserta didik yang akan menggunakan strategi pembelajaran, bagaimana karakteristiknya, berapa jumlahnya, bagaimana latar belakang pendidikan, motivasi, minat, dan gaya belajarnya.
d)   Biaya, penggunaan strategi pembelajaran dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Tidak ada artinya bila menimbulkan pemborosan. Oleh karena itu, besar biaya yang diperlukan untuk membuat, membeli, atau menyewa media tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan.
e)    Kemampuan strategi pembelajaran, untuk belajar individual (belajar mandiri), kelompok kecil, kelompok besar.
f)    Karakteristik strategi pembelajaran yang bersangkutan, apa kelebihan dan kekurangannya, bagaimana karakteristiknya, bagaimana kemampuan strategi pembelajaran dalam menyajikan informasi, dan sebagainya. Artinya tergantung pada masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran dan gabungan diantaranya.
g)   Waktu, berapa lama waktu yang diperlukan untuk melaksanakan strategi pembelajaran yang dipilih, berapa lama waktu yang tersedia untuk menyajikan materi tersebut dan sebagainya.

D.      Jenis-Jenis Strategi dalam Pembelajaran
Para pakar teori belajar masing-masing mengembangkan strategi pembelajaran berdasarkan pandangannya sendiri.[18]
Strategi dalam pembelajaran dapat dikelompokan beberapa jenis, tergantung dari segi apa kita mengelompokkannya.
Strategi pembelajaran berdasarkan penekanan komponen dalam program pengajaran, yaitu:
a.    Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Pengajar (Guru)
Strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar merupakan strategi yang paling tua, disebut juga strategi pembelajaran tradisional. Ada yang berpendapat bahwa mengajar adalah menyampaikan informasi kepada peserta didik. Dalam pengertian demikian, tekanan strategi pembelajaran berada pada pengajar itu sendiri. Pengajar berlaku sebagai sumber informasi yang mempunyai posisi yang sangat dominan. Pengajar harus berusaha mengalihkan pengetahuannya kepada peserta didik dan menyampaikan keterangan atau informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik.  Belajar dalam pendekatan ini adalah usaha untuk menerima informasi dari pengajar sehingga dalam aktivitas pembelajaran peserta didik cenderung menjadi pasif. Strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar ini disebut teacher center strategies.[19]
Teknik penyajian pelajaran yang paralel dengan srtategi pembelajaran ini adalah teknik ceramah.
b.    Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta Didik (Murid)
Tujuan mengajar adalah membelajarkan peserta didik. Membelajarkan berarti meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memproses, menemukan, dan menggunakan informasi bagipengembangan diri peserta didik dalam konteks lingkungannya. Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik , atau disebut student center strategies, bertitik tolak pada sudut pandang yang memberi arti bahwa mengajar merupakan usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Mengajar dalam arti ini adalah usaha untuk menciptakan suasana belajar bagi peserta didik secara optimal. Yang menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran ialah peserta didik, menitikberatkan pada usaha meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menemukan, memahami, dan memproses informasi.[20]
Peserta didik bukan objek pendidikan karena sebagai manusia ia adalah subjek dalam modalitas. Dalam proses pembelajaran peserta didik  berusaha secara aktif untuk mengembangkan dirinya di bawah bimbingan pengajar. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran peserta didik harus diperlakukan dan memperlakukan dirinya bukan sebagai objek, tetapi sebagai subjek aktif. Dalam proses pembelajaran peserta didik adalah manusia yang menjalani perubahan untuk menjadikan dirinya sebagai seorang individu dan personal yang mempunyai kepribadian dengan kemampuan tertentu.[21]
Berdasarkan pemahaman tersebut, strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk aktif dan berperan dalam kegiatan pembelajaran.
Sistem pembelajaran ini pengajar berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pengajar membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara utuh sehingga pengajar harus mengenal potensi-potensi yang dimiliki peserta didik untuk dikembangkan.
Teknik penyajian yang sesuai dengan strategi ini adalah teknik diskusi dan teknik eksperimen.
c.    Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Materi Pengajaran
Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran, atau yang disebut dengan material center strategies bertitik tolak dari pendapat yang mengemukakan bahwa belajar adalah usaha untuk memperoleh dan menguasai informasi. Dalam hal ini strategi pembelajaran dipusatkan pada materi pelajaran. Menurut Gulo (2002) dalam strategi ini perlu diperhatikan dua hal. Pertama, kecenderungan pada dominasi kognitif dimana pendidikan afektif dan keterampilan kurang mendapat perhatian yang memadai dalam kerangka peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Kedua,  materi pelajaran yang disampaikan di kelas, dan yang dimuat dalam buku teks, akan makin usang dengan pesatnya perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Materi pelajaran lebih berfungsi sebagai masukan (input) yang akan berbaur dalam proses pembelajaran.[22]
Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang disertai arus globalisasi yang berakibat pengajar tidak lagi menjadi sumber informasi. Sekolah tidak mungkin lagi menjadi satu-satunya sumber informasi, karena banyak media yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, seperti melalui media masa cetak dan elektronik.[23]
Teknik penyajian yang sesuai dengan strategi pembelajaran ini adalah teknik tutorial.

Strategi pembelajaran berdasarkan kegiatan pengolahan pesan atau materi, yaitu:
a.    Strategi Pembelajaran Ekspositoris
Strategi pembelajaran ekspositoris merupakan strategi berbentuk penguraian, baik berupa bahan tertulis maupun penjelasan atau penyajian verbal. Pengajar mengelola materi secara tuntas sebelum disampaikan dikelas. Strategi pembelajaran ini menyiasati agar semua aspek dari komponen-komponen pembentukan sistem instruksional mengarah pada sampainya isi pelajaran kepada  peserta didik secara langsung. Dalam strategi ini pengajar berperan sangat dominan, sedangkan peserta didik berperan sangat pasif atau menerima saja.[24]
Teknik penyajian pelajaran yang sesuai dengan strategi ini adalah teknik ceramah, teknik diskusi, dan teknik demontrasi.
b.    Strategi Pembelajaran Heuristik atau Kuriorstik
Strategi pembelajaran heuristik adalah strategi pembelajaran yang bertolak belakang dengan strategi pembelajaran eskpositoris karena dalam strategi ini peserta didik diberi kesempatkan ubtuk berperan dominan dalam proses pembelajaran. Strategi ini menyiasati agar aspek-aspek komponen pembentuk sistem instruksional mengarah kepada pengaktifan peserta didik mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsen yang mereka butuhkan.[25]
Teknik penyajian yang sesuai dengan strategi ini adalah pemecahan masalah.
Strategi pembelajaran berdasarkan pengolahan pesan atau materi, yaitu:
a.    Strategi Pembelajaran Deduksi
Dalam strategi ini pesan diolah mulai dari hal umum menuju kepada hal-hal yang khusus, dari hal-hal yang abstrak kepada hal-hal yang nyata, dari konsep-konsep yang abstrak kepada contoh-contoh yang konkret, dari sebuah premis menuju ke kesimpulan yang logis. Langkah-langkah dalam strategi ini meliputi tiga tahap. Pertama, pengajar memilih pengetahuan untuk diajarkan. Kedua, pengajar memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Ketiga, pengajar memberikan contoh dan membuktikan kepada peserta didik.[26]
Teknik yang sesuai dengan strategi ini yang digunakan adalah teknik ceramah.
b.    Strategi Pembelajaran Induksi
Strategi pembelajaran induksi adalah pengolahan pesan yang dimulai dari hal-hal yang khusus, dari peristiwa-peristiwa yang bersifat individual menuju generalisasi, dari pengalaman-pengalaman empiris yang individual menuju konsep yang bersifat umum. Menurut Kenneth B. Anderson ada beberapa langkah untuk menetukan strategi pembelajaran induksi. Pertama, pengajar memilih bagian dari pengetahuan, aturan umum, prinsip, konsep, dan sebagainya yang akan diajarkan. Kedua, pengajar menyajikan contoh-contoh spesifik untuk dijadikan bagian penyusunan hipotesis. Ketiga, bukti-bukti disajikan dengan maksud membenarkan atau menyangkal berbagai hipotesis tersebut. Keempat, menyimpulkan bukti dan contoh-contoh tersebut.[27]
Teknik penyajian yang sesuai dengan strategi ini adalah teknik penyajian secara  kasus.

Strategi pembelajaran berdasarkan cara memproses penemuan, yaitu:
a.    Strategi Pembelajaran Ekspositoris
Seperti telah dikemukakan diatas, strategi pembelajaran ini merupakan strategi berbentuk penguraian yang dapat berupa bahan tertulis atau penjelasan verbal. Pengajar mengelola materi secara tuntas sebelum disampaikan dikelas. Strategi pembelajaran ini menyiasati agar semua aspek dari komponen-komponen pembentukan sistem instruksional mengarah pada sampainya isi pelajaran kepada  peserta didik secara langsung.[28]
b.    Strategi Pembelajaran Discovery
Dalam bukunya, Roestiyah (2001) mengemukakan bahwa discovery (penemuan) adalah proses mental peserta didik yang mampu mengasimilasikan sebuah konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain adalah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, menduga atau memperkirakan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan.[29]
Dalam strategi pembelajaran ini peserta didik dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri. Pengajar hanya membimbing dan memberikan instruksi (petunjuk). Dalam strategi discovery pengajar harus berusaha meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Strategi discovery dapat membantu peserta didik untuk memperoleh berbagai peningkatan, yaitu:
  Mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitifnya,
  Memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat individual sehingga dapat kokoh tersimpan dalam jiwa peserta didik,
  Membangkitkan kegairahan belajar para peserta didik,
  Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing,
  Mengarahkan peserta didik untuk memiliki motivasi yang kuat sehingga belajar lebih giat,
  Memperkuat dan menambah kepercayaan diri peserta didik dengan proses penemuannya.[30]

Kelemahan srategi pembelajaran discovery ialah bahwa akan kurang efektif bila diterapkan pada kelas yang jumlah peserta didiknya banyak atau kelas besar. Strategi ini pun tidak akan berhasil apabila tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir secara kreatif. Dengan kata lain, teknik ini terlalu mementingkan proses pengertian saja dan kurang memperhatikan pembentukan atau perkembangan sikap dan keterampilan bagi peserta didik, serta memerlukan kesiapan dan kematangan mental peserta didik. Peserta didik harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitar proses pemnelajaran yang baik.[31]
Teknik penyajian yang paralel dengan strategi ini adalah teknik discovery itu sendiri.























KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Stategi pembelajaran adalah suatu cara atau metode yang dilakukan oleh pendidik (guru) terhadap peserta didik (murid) yang lain dalam upaya terjadinya perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan motorik secara berkesinambungan.
Stategi dalam pembelajaran haruslah memperhatikan komponen-komponen apa saja yang terdapat didalamnya. Adapun komponen-komponennya yaitu tujuan pengajaran, guru, peserta didik, materi pelajaran, metode pengajaran, media pengajaran, faktor administrasi dan finansial, dan pengelolaan kelas. Semua komponen strategi pembelajaran saling berkaitan dan mendukung satu sama lain. Apabila satu komponen saja yang terabaikan maka strategi yang di gunakan akan tidak maksimal.
Untuk menentukan strategi apa yang hendak digunakan, seorang guru juga harus memperhatikan kriteria dalam strategi pembelajaran. Kriteria-kriteria pemilihan strategi dalam pembelajaran meliputi kesesuaian strategi pembelajaran dengan tujuan atau kompetensi, kesesuaian strategi pembelajaran dengan jenis pengetahuan, kesesuaian strategi pembelajaran dengan sasaran, biaya, kemampuan strategi pembelajaran, karakteristik strategi pembelajaran yang bersangkutan, dan waktu.
Strategi dalam pembelajaran dapat terbagi dalam beberapa jenis tergantung kita melihat dari titik tekan strategi tersebut. Jika dilihat dari dari segi komponen dalam program pengajaran, maka strategi pembelajaran terbagi dalam tiga jenis, yaitu strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar, strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dan strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran. Jika dilihat dari dari segi kegiatan pengolahan pesan atau materi, maka strategi pembelajaran terbagi dalam dua jenis, yaitu strategi pembelajaran ekspositoris, dan strategi pembelajaran heuristik atau kurioristik. Jika dilihat dari dari segi pengolahan pesan atau materi, maka strategi pembelajaran terbagi dalam dua jenis, yaitu strategi pembelajaran deduksi, dan strategi pembelajaran induksi. Jika dilihat dari dari segi cara memproses penemuan, maka strategi pembelajaran terbagi dalam dua jenis, yaitu strategi pembelajaran ekspositoris, dan strategi pembelajaran discovery.

























DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, S. Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Gulo, W. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo, 2004.
Hamalik, Oemar. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Iskandarwassid, dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, 2010.
Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Wena, Made.  Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.


[1] Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.267.
[2] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.5.
[3] Bambang Warsita, Op.Cit., h.265.
[4] Ibid., hh. 266-267.
[5] Ibid., h. 268
[6] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 5.
[7] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), h.296.
[8] Bambang Warsita, Op.Cit., h.271.
[9] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Grasindo, 2004), h.8.
[10] Ibid., h.8.
[11] Ibid., h.8.
[12] Ibid., h.9.
[13] Ibid., h.9.
[14] Ibid., h.9.
[15] Ibid., h.9.
[16] Bambang Warsita, Op.Cit., h.275.
[17] Ibid., hh.285-286.
[18] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.131.
[19] Iskandarwassid dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hh.26-27.
[20] Ibid., h.27.
[21] Ibid., h.27.
[22] Ibid., hh.28-29.
[23] Ibid., h.29.
[24] Ibid., h.30.
[25] Ibid., h.30.
[26] Ibid., h.31.
[27] Ibid., hh.31-32.
[28] Ibid., h.32.
[29] Ibid., h.32.
[30] Ibid., h.33.
[31] Ibid., h.33.