PENDAHULUAN
Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki
tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran,
guru diharapkan paham tentang strategi
pembalajaran atau dengan kata lain adalah cara dan seni untuk menggunakan semua
sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Banyak pengajar atau guru yang
tidak memiliki latar keilmuan tentang strategi pembelajaran, namun mampu
mengajar dengan baik dan siswa yang diajar merasa senang dan termotivasi.
Sebaliknya, ada guru yang telah menyelesaikan pendidikan keguruannya secara
formal dan memiliki pengalaman belajar yang cukup lama, namun dalam mengajar
yang dirasaka siswanya tetap tidak enak. Mengapa bisa demikian ?? karena
strategi pembelajaran merupakan seni yang bisa dimiliki seseorang tanpa harus
belajar ilmu cara-cara mengajar.
Mengapa perlu menggunakan suatu strategi dalam pembelajaran????. Penggunaan strategi dalam pembelajaran sangat perlu karena untuk
mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah sehinnga
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan
kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secra efektif dan efisien. Strategi
pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru, strategi
dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan
pembelajaran. Bagi siswa, penggunaan strategi pembelajaran dapat mempermudah
dan mempercepat memahami isi pembelajaran, karena setiap strategi dalam
pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa.
PEMBAHASAN
STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN
A.
Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi
adalah; a) ilmu siasat perang; b) siasat perang; c) bahasa pembicaraan akal (tipu
muslihat) untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi
identik dengan teknik, atau siasat perang.[1]
Secara umum
strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan
dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan
guru, anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah digariskan.[2]
Jadi dapat
diambil kesimpulan bahwa strategi merupakan cara atau teknik yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan hasil yang efektif dan efisien.
Dapat digunakan dalam berbagai hal seperti siasat perang maupun proses
pembelajaran.
Pembelajaran
merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani
disebut “instructus” atau “intruere” yang berarti menyampaikan pikiran,
dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang
telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran.[3]
Ada lima
prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran yaitu:
a)
Pembelajaran
sebagai usaha untuk memperoleh peubahan perilaku, prinsip ini mengandung makna
bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam
diri peserta didik (walaupun tidak semua perubahan perilaku peserta didik
merupakan hasil pembelajaran).
b)
Hasil
pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini
mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran meliputi
semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja.
Perubahan-perubahan itu meliputi aspek kognitif, afektif, dan motorik.
c)
Pembelajaran
merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu
merupakan suatu akivitas yang berkesinambungan,
didalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis
dan terarah. Jadi, pembelajaran bukan sebagai suatu benda atau keadaan yang
statis, melainkan merupakan suatu rangkaian aktivitas- aktivitas yang dinamis
dan saling berkaitan.
d)
Proses
pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan adanya suatu
tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktivitas
pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan dan
adanya tujuan yang ingai dicapai. Atas dasar prinsip itulah pembelajaran akan
terjadi. Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan atau motivasi dan
tujuan.
e)
Pembelajaran
merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui
situasi yang nyata dengan tujuan tertentu, pembelajaran merupakan bentuk
interaksi individu dengan lingkungannya sehingga banyak memberi pengalaman dari
situasu nyata.[4]
Strategi
pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu cara atau seperangkat cara atau
teknik yang dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau peserta didik dalam
melakukan upaya terjadinya suatu perubahan tingkah laku atau sikap. Oleh karena
itu strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien.[5]
Strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran
yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda.[6]
Strategi
pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang
digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan
berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru
dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan
teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang
satu dengan yang lainnya.[7]
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran perlu dipilih
strategi yang tepat agar tujuan dapat dicapai. Strategi pembelajaran adalah
suatu cara atau metode yang dilakukan oleh pendidik (guru) terhadap peserta
didik (murid) yang lain dalam upaya terjadinya perubahan pada aspek kognitif,
afektif, dan motorik secara berkesinambungan.
B.
Komponen-Komponen Strategi Pembelajaran
Dalam menerapkan
strategi pembelajaran ada beberapa komponen yang harus diperhatikan agar dalam
kegiatan pembelajaran dapat mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.[8]
Dengan demikian
secara garis besar komponen strategi pembelajaran adalah:
1)
Tujuan
pengajaran
Tujuan
pengajaran merupakan acuan yang dipertimbangkan
untuk memilih strategi dalam pembelajaran. Tujuan pengajaran yang
beorientasi pada pembentukan sikap tentu tidak akan dapat dicapai jika strategi
pembelajarannya berorientasi pada dimensi kognitif.[9]
2)
Guru
Masing-masing
guru berbeda dalam pengalaman pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya
mengajar, pandangan hidup, maupun wawasannya. Perbedaan ini mengakibatkan
adanya perbedaan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang digunakan dalam
program pengajaran.[10]
3)
Peserta
didik
Di dalam
kegiatan belajar-mengajar, peserta didik mempunyai latar belakang yang
berbeda-beda. Seperti lingkungan sosial, lingkungan budaya, gaya belajar,
keadaan ekonomi, dan tingkat kecerdasan. Masing-masing berbeda-beda pada setiap
peserta didik. Makin tinggi kemajemukan masyarakat, makin besar pula perbedaan
atau variasi ini dalam kelas. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam menyusun
suatu strategi dalam pembelajaran yang tepat.[11]
4)
Materi
pelajaran
Materi
pelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan materi informal. Materi
formal adalah isi pelajaran yang terdapat pada buku teks resmi di sekolah,
sedangkan materi informal ialah bahan-bahan ajaran yang bersumber dari
lingkungan sekolah yang bersangkutan. Komponen ini merupakan salah satu masukan
yang tentunya perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar.[12]
5)
Metode
pengajaran
Ada berbagai
metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar.
Ini perlu, karena ketepatan metode akan mempengaruhi bentuk strategi
pembelajaran.[13]
6)
Media
pengajaran
Media merupakan
sarana pendidikan yang tersedia, sangat berpengaruh terhadap pemilihan strategi
belajar-mengajar. Keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari canggih
atau tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan media
yang digunakan oleh guru.[14]
7)
Faktor
administrasi dan finansial
Termasuk dalam
ini adalah jadwal pelajaran, kondisi gedung, dan ruang belajar, yang juga
merupakan hal-hal yang tidak boleh diabaikan dalam pemilihan strategi
belajar-mengajar.[15]
8)
Pengelolaan
kelas
Suasana kelas
yang kondusif akan mampu mengantarkan pada prestasi akademik dan non akademik
peserta didik maupun kelasnya secara keseluruhan.[16]
Delapan
komponen diatas haruslah diperhatikan oleh seorang guru untuk menetapkan
strategi dalam pembelajaran. Jika salah satu komponen tersebut terabaikan, maka
bukan tidak mungkin strategi pembelajaran yang digunakan akan terhambat.
C.
Kriteria Pemilihan Strategi dalam Pembelajaran
Konsepsi
pembelajaran modern menuntut peserta didik kreatif, responsif, dan aktif dalam
mencari, memilih, menemukan, menganalisi, menyimpulkan, dan melaporkan hasil
belajarnya. Model pembelajaran yang seperti ini hanya dapat terlaksana dengan
baik apabila guru mampu mengembangkan strategi dalam pembelajaran yang efektif.
Mengingat terdapat berbagai strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh
guru, namun tidak semua sama efektifnya dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk itu, dibutuhkan kreativitas guru dalam mengembangkan dan memilih strategi
pembelajaran.
Memilih
strategi pembelajaran hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi
didasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria, tolak ukur atau standar adalah
suatu ukuran yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal untuk memilih sesuatu.
Oleh karena itu, setiap pemilihan srtategi dalam pembelajaran diperlukan
kriteria sebagai acuan atau patokan.
Pemilihan
strategi dalam pembelajaran harus memperhatikan kriteria, yaitu:[17]
a)
Kesesuaian
strategi pembelajaran dengan tujuan atau kompetensi, maksudnya setiap tujuan
apakah masuk dalam kawasan kognitif, afektif, atau psikomotor yang pada
hakikatnya dapat menggunakan strategi pembelajaran tertentu untuk mencapainya.
b)
Kesesuaian
strategi pembelajaran dengan jenis pengetahuan, maksudnya secara konseptual
materi pelajaran dibagi dalam beberapa jenis pengetahuan, misalnya verbal,
visual konsep, dan sikap.
c)
Kesesuaian
strategi pembelajaran dengan sasaran, maksudnya siapakah peserta didik yang
akan menggunakan strategi pembelajaran, bagaimana karakteristiknya, berapa
jumlahnya, bagaimana latar belakang pendidikan, motivasi, minat, dan gaya
belajarnya.
d)
Biaya,
penggunaan strategi pembelajaran dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pembelajaran. Tidak ada artinya bila menimbulkan pemborosan. Oleh
karena itu, besar biaya yang diperlukan untuk membuat, membeli, atau menyewa
media tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan.
e)
Kemampuan
strategi pembelajaran, untuk belajar individual (belajar mandiri), kelompok
kecil, kelompok besar.
f)
Karakteristik
strategi pembelajaran yang bersangkutan, apa kelebihan dan kekurangannya,
bagaimana karakteristiknya, bagaimana kemampuan strategi pembelajaran dalam
menyajikan informasi, dan sebagainya. Artinya tergantung pada masalah yang
berkaitan dengan mata pelajaran dan gabungan diantaranya.
g)
Waktu,
berapa lama waktu yang diperlukan untuk melaksanakan strategi pembelajaran yang
dipilih, berapa lama waktu yang tersedia untuk menyajikan materi tersebut dan
sebagainya.
D.
Jenis-Jenis Strategi dalam Pembelajaran
Para pakar teori belajar masing-masing mengembangkan strategi
pembelajaran berdasarkan pandangannya sendiri.[18]
Strategi dalam pembelajaran dapat dikelompokan beberapa jenis,
tergantung dari segi apa kita mengelompokkannya.
Strategi pembelajaran berdasarkan penekanan komponen dalam program
pengajaran, yaitu:
a.
Strategi
Pembelajaran yang Berpusat pada Pengajar (Guru)
Strategi
pembelajaran yang berpusat pada pengajar merupakan strategi yang paling tua,
disebut juga strategi pembelajaran tradisional. Ada yang berpendapat bahwa
mengajar adalah menyampaikan informasi kepada peserta didik. Dalam pengertian
demikian, tekanan strategi pembelajaran berada pada pengajar itu sendiri.
Pengajar berlaku sebagai sumber informasi yang mempunyai posisi yang sangat dominan.
Pengajar harus berusaha mengalihkan pengetahuannya kepada peserta didik dan
menyampaikan keterangan atau informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta
didik. Belajar dalam pendekatan ini
adalah usaha untuk menerima informasi dari pengajar sehingga dalam aktivitas
pembelajaran peserta didik cenderung menjadi pasif. Strategi pembelajaran yang
berpusat pada pengajar ini disebut teacher center strategies.[19]
Teknik
penyajian pelajaran yang paralel dengan srtategi pembelajaran ini adalah teknik
ceramah.
b.
Strategi
Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta Didik (Murid)
Tujuan mengajar
adalah membelajarkan peserta didik. Membelajarkan berarti meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk memproses, menemukan, dan menggunakan informasi
bagipengembangan diri peserta didik dalam konteks lingkungannya. Strategi
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik , atau disebut student center
strategies, bertitik tolak pada sudut pandang yang memberi arti bahwa
mengajar merupakan usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang
mengoptimalkan kegiatan belajar. Mengajar dalam arti ini adalah usaha untuk
menciptakan suasana belajar bagi peserta didik secara optimal. Yang menjadi
pusat perhatian dalam proses pembelajaran ialah peserta didik, menitikberatkan
pada usaha meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menemukan, memahami, dan
memproses informasi.[20]
Peserta didik
bukan objek pendidikan karena sebagai manusia ia adalah subjek dalam modalitas.
Dalam proses pembelajaran peserta didik
berusaha secara aktif untuk mengembangkan dirinya di bawah bimbingan
pengajar. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran peserta didik harus
diperlakukan dan memperlakukan dirinya bukan sebagai objek, tetapi sebagai
subjek aktif. Dalam proses pembelajaran peserta didik adalah manusia yang menjalani
perubahan untuk menjadikan dirinya sebagai seorang individu dan personal yang
mempunyai kepribadian dengan kemampuan tertentu.[21]
Berdasarkan
pemahaman tersebut, strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
adalah strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
peserta didik untuk aktif dan berperan dalam kegiatan pembelajaran.
Sistem
pembelajaran ini pengajar berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pengajar
membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara utuh sehingga
pengajar harus mengenal potensi-potensi yang dimiliki peserta didik untuk
dikembangkan.
Teknik
penyajian yang sesuai dengan strategi ini adalah teknik diskusi dan teknik
eksperimen.
c.
Strategi
Pembelajaran yang Berpusat pada Materi Pengajaran
Strategi
pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran, atau yang disebut dengan material
center strategies bertitik tolak dari pendapat yang mengemukakan bahwa
belajar adalah usaha untuk memperoleh dan menguasai informasi. Dalam hal ini
strategi pembelajaran dipusatkan pada materi pelajaran. Menurut Gulo (2002)
dalam strategi ini perlu diperhatikan dua hal. Pertama, kecenderungan
pada dominasi kognitif dimana pendidikan afektif dan keterampilan kurang
mendapat perhatian yang memadai dalam kerangka peningkatan kualitas manusia
seutuhnya. Kedua, materi
pelajaran yang disampaikan di kelas, dan yang dimuat dalam buku teks, akan
makin usang dengan pesatnya perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Materi pelajaran lebih berfungsi sebagai masukan (input) yang
akan berbaur dalam proses pembelajaran.[22]
Strategi
pembelajaran yang berpusat pada materi berkembang seiring dengan pesatnya
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang disertai arus globalisasi yang
berakibat pengajar tidak lagi menjadi sumber informasi. Sekolah tidak mungkin
lagi menjadi satu-satunya sumber informasi, karena banyak media yang dapat
digunakan untuk mendapatkan informasi, seperti melalui media masa cetak dan
elektronik.[23]
Teknik
penyajian yang sesuai dengan strategi pembelajaran ini adalah teknik tutorial.
Strategi
pembelajaran berdasarkan kegiatan pengolahan pesan atau materi, yaitu:
a.
Strategi
Pembelajaran Ekspositoris
Strategi
pembelajaran ekspositoris merupakan strategi berbentuk penguraian, baik berupa
bahan tertulis maupun penjelasan atau penyajian verbal. Pengajar mengelola
materi secara tuntas sebelum disampaikan dikelas. Strategi pembelajaran ini
menyiasati agar semua aspek dari komponen-komponen pembentukan sistem
instruksional mengarah pada sampainya isi pelajaran kepada peserta didik secara langsung. Dalam strategi
ini pengajar berperan sangat dominan, sedangkan peserta didik berperan sangat
pasif atau menerima saja.[24]
Teknik
penyajian pelajaran yang sesuai dengan strategi ini adalah teknik ceramah,
teknik diskusi, dan teknik demontrasi.
b.
Strategi
Pembelajaran Heuristik atau Kuriorstik
Strategi
pembelajaran heuristik adalah strategi pembelajaran yang bertolak belakang
dengan strategi pembelajaran eskpositoris karena dalam strategi ini peserta
didik diberi kesempatkan ubtuk berperan dominan dalam proses pembelajaran.
Strategi ini menyiasati agar aspek-aspek komponen pembentuk sistem
instruksional mengarah kepada pengaktifan peserta didik mencari dan menemukan
sendiri fakta, prinsip, dan konsen yang mereka butuhkan.[25]
Teknik
penyajian yang sesuai dengan strategi ini adalah pemecahan masalah.
Strategi pembelajaran berdasarkan pengolahan pesan atau materi,
yaitu:
a.
Strategi
Pembelajaran Deduksi
Dalam strategi
ini pesan diolah mulai dari hal umum menuju kepada hal-hal yang khusus, dari
hal-hal yang abstrak kepada hal-hal yang nyata, dari konsep-konsep yang abstrak
kepada contoh-contoh yang konkret, dari sebuah premis menuju ke kesimpulan yang
logis. Langkah-langkah dalam strategi ini meliputi tiga tahap. Pertama,
pengajar memilih pengetahuan untuk diajarkan. Kedua, pengajar memberikan
pengetahuan kepada peserta didik. Ketiga, pengajar memberikan contoh dan
membuktikan kepada peserta didik.[26]
Teknik yang
sesuai dengan strategi ini yang digunakan adalah teknik ceramah.
b.
Strategi
Pembelajaran Induksi
Strategi
pembelajaran induksi adalah pengolahan pesan yang dimulai dari hal-hal yang
khusus, dari peristiwa-peristiwa yang bersifat individual menuju generalisasi,
dari pengalaman-pengalaman empiris yang individual menuju konsep yang bersifat
umum. Menurut Kenneth B. Anderson ada beberapa langkah untuk menetukan strategi
pembelajaran induksi. Pertama, pengajar memilih bagian dari pengetahuan,
aturan umum, prinsip, konsep, dan sebagainya yang akan diajarkan. Kedua,
pengajar menyajikan contoh-contoh spesifik untuk dijadikan bagian penyusunan
hipotesis. Ketiga, bukti-bukti disajikan dengan maksud membenarkan atau
menyangkal berbagai hipotesis tersebut. Keempat, menyimpulkan bukti dan
contoh-contoh tersebut.[27]
Teknik
penyajian yang sesuai dengan strategi ini adalah teknik penyajian secara kasus.
Strategi
pembelajaran berdasarkan cara memproses penemuan, yaitu:
a.
Strategi
Pembelajaran Ekspositoris
Seperti telah
dikemukakan diatas, strategi pembelajaran ini merupakan strategi berbentuk
penguraian yang dapat berupa bahan tertulis atau penjelasan verbal. Pengajar
mengelola materi secara tuntas sebelum disampaikan dikelas. Strategi
pembelajaran ini menyiasati agar semua aspek dari komponen-komponen pembentukan
sistem instruksional mengarah pada sampainya isi pelajaran kepada peserta didik secara langsung.[28]
b.
Strategi
Pembelajaran Discovery
Dalam bukunya,
Roestiyah (2001) mengemukakan bahwa discovery (penemuan) adalah proses
mental peserta didik yang mampu mengasimilasikan sebuah konsep atau prinsip.
Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain adalah mengamati,
mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, menduga atau memperkirakan,
menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan.[29]
Dalam strategi
pembelajaran ini peserta didik dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami
proses mental itu sendiri. Pengajar hanya membimbing dan memberikan instruksi
(petunjuk). Dalam strategi discovery pengajar harus berusaha
meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Strategi discovery
dapat membantu peserta didik untuk memperoleh berbagai peningkatan, yaitu:
Mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan
dalam proses kognitifnya,
Memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat individual sehingga
dapat kokoh tersimpan dalam jiwa peserta didik,
Membangkitkan kegairahan belajar para peserta didik,
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang dan
maju sesuai dengan kemampuan masing-masing,
Mengarahkan peserta didik untuk memiliki motivasi yang kuat
sehingga belajar lebih giat,
Memperkuat dan menambah kepercayaan diri peserta didik dengan
proses penemuannya.[30]
Kelemahan
srategi pembelajaran discovery ialah bahwa akan kurang efektif bila
diterapkan pada kelas yang jumlah peserta didiknya banyak atau kelas besar.
Strategi ini pun tidak akan berhasil apabila tidak memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berfikir secara kreatif. Dengan kata lain, teknik ini
terlalu mementingkan proses pengertian saja dan kurang memperhatikan pembentukan
atau perkembangan sikap dan keterampilan bagi peserta didik, serta memerlukan
kesiapan dan kematangan mental peserta didik. Peserta didik harus berani dan
berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitar proses pemnelajaran yang baik.[31]
Teknik
penyajian yang paralel dengan strategi ini adalah teknik discovery itu
sendiri.
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa:
Stategi pembelajaran adalah suatu
cara atau metode yang dilakukan oleh pendidik (guru) terhadap peserta didik
(murid) yang lain dalam upaya terjadinya perubahan pada aspek kognitif,
afektif, dan motorik secara berkesinambungan.
Stategi dalam pembelajaran haruslah
memperhatikan komponen-komponen apa saja yang terdapat didalamnya. Adapun
komponen-komponennya yaitu tujuan pengajaran, guru, peserta didik, materi
pelajaran, metode pengajaran, media pengajaran, faktor administrasi dan
finansial, dan pengelolaan kelas. Semua komponen strategi pembelajaran saling
berkaitan dan mendukung satu sama lain. Apabila satu komponen saja yang
terabaikan maka strategi yang di gunakan akan tidak maksimal.
Untuk menentukan strategi apa yang
hendak digunakan, seorang guru juga harus memperhatikan kriteria dalam strategi
pembelajaran. Kriteria-kriteria pemilihan strategi dalam pembelajaran meliputi
kesesuaian strategi pembelajaran dengan tujuan atau kompetensi, kesesuaian
strategi pembelajaran dengan jenis pengetahuan, kesesuaian strategi
pembelajaran dengan sasaran, biaya, kemampuan strategi pembelajaran,
karakteristik strategi pembelajaran yang bersangkutan, dan waktu.
Strategi dalam pembelajaran dapat
terbagi dalam beberapa jenis tergantung kita melihat dari titik tekan strategi
tersebut. Jika dilihat dari dari segi komponen dalam program pengajaran, maka
strategi pembelajaran terbagi dalam tiga jenis, yaitu strategi pembelajaran
yang berpusat pada pengajar, strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik, dan strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran. Jika
dilihat dari dari segi kegiatan pengolahan pesan atau materi, maka strategi
pembelajaran terbagi dalam dua jenis, yaitu strategi pembelajaran ekspositoris,
dan strategi pembelajaran heuristik atau kurioristik. Jika dilihat dari dari
segi pengolahan pesan atau materi, maka strategi pembelajaran terbagi dalam dua
jenis, yaitu strategi pembelajaran deduksi, dan strategi pembelajaran induksi.
Jika dilihat dari dari segi cara memproses penemuan, maka strategi pembelajaran
terbagi dalam dua jenis, yaitu strategi pembelajaran ekspositoris, dan strategi
pembelajaran discovery.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, S. Bahri. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Gulo, W. Strategi Belajar-Mengajar.
Jakarta: Grasindo, 2004.
Hamalik, Oemar. Kurikulum Dan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Iskandarwassid,
dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Sanjaya,
Wina. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, 2010.
Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan
Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Wena, Made. Strategi
Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional.
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
[1] Bambang
Warsita, Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), h.267.
[2] Syaiful Bahri
Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.5.
[3] Bambang
Warsita, Op.Cit., h.265.
[4] Ibid.,
hh. 266-267.
[5] Ibid.,
h. 268
[6] Made Wena, Strategi
Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 5.
[7] Wina Sanjaya, Kurikulum
dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), h.296.
[8] Bambang
Warsita, Op.Cit., h.271.
[9] W. Gulo,
Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Grasindo, 2004), h.8.
[10] Ibid.,
h.8.
[11] Ibid.,
h.8.
[12] Ibid.,
h.9.
[13] Ibid.,
h.9.
[14] Ibid.,
h.9.
[15] Ibid.,
h.9.
[16] Bambang
Warsita, Op.Cit., h.275.
[17] Ibid.,
hh.285-286.
[18] Oemar Hamalik,
Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.131.
[19] Iskandarwassid
dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hh.26-27.
[20] Ibid.,
h.27.
[21] Ibid.,
h.27.
[22] Ibid.,
hh.28-29.
[23] Ibid.,
h.29.
[24] Ibid.,
h.30.
[25] Ibid.,
h.30.
[26] Ibid.,
h.31.
[27] Ibid., hh.31-32.
[28] Ibid.,
h.32.
[29] Ibid.,
h.32.
[30] Ibid.,
h.33.
[31] Ibid.,
h.33.