BAB I
PENDAHULUAN
Manusia terlahir sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam
menjalankan perannya sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk bisa
bersosialisasi dan interaksi antar sesama.
Proses sosialisasi dapat dilakukan melalui tiga agen yaitu
sosialisasi di lingkungan keluarga, sosialisasi di lingkungan sekolah, dan
sosialisasi di lingkungan masyarakat. Sosialisasi di lingkungan sekolah
merupakan lanjutan dari lingkungan keluarga, karena di sekolah anak belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru yang memperluas
keterampilan sosialnya.
Sekolah memiliki nilai-nilai sosialisasi yang harus diajarkan
kepada anak didik. Nilai-nilai itu antara lain adalah nilai kemandirian dan
tanggung jawab pribadi, nilai tentang prestasi, dan ketiga nilai universalisme
yaitu perlakuan yang sama pada setiap orang.
Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana fungsi pendidikan
sekolah dalam proses sosialisasi, dan sosialisasi di sekolah akan lebih dijelaskan
dalam makalah ini bagian pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
SOSIALISASI DAN SEKOLAH
A.
Pengertian Sosialisasi dan Sekolah
Sosialisasi
adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial. Sosialisasi dilakukan
dengan mendidik individu tentang kebutuhan yang harus dimiliki dan diikutinya,
agar ia menjadi anggota yang baik dalam masyarakat dan dalam berbagai kelompok
khusus. Sosialisasi dapat dianggap sama dengan pendidikan.[1]
Sosialisasi
adalah soal belajar. Dalam proses sosialisasi individu diajar tingkah laku,
kebiasaan serta pola-pola kebudayaan lainnya, ketrampilan-ketrampilan sosial
seperti berbahasa, bergaul, pakaian, cara makan, dan sebagainya.
Segala sesuatu
yang dipelajari individu harus dipelajari dari anggota masyarakat lainnya,
secara sadar apa yang diajarkan oleh orang-orang, saudara-saudara, anggota
keluarga lainnya dan di sekolah oleh gurunya.
Sekolah berasal
dari bahasa Belanda yaitu school, bahasa Jerman yaitu die scrule,
bahasa Inggris yaitu school yang artinya sama dengan sekolah, yaitu
suatu lembaga pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari, kata sekolah mempunyai
banyak arti. Sekolah dapat diartikan sebagai gedung tempat belajar, waktu
berlangsungnya pelajaran, dan usaha menuntut pelajaran kegiatan belajar
mengajar. Terlepas dari pengertian ini, sekolah merupakan lembaga pendidikan
formal sebagai tempat belajar siswa.[2]
Sekolah dalam
arti yang luas mencakup mulai dari kelompok bermain (play-group), taman
kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah
menengah atas (SMA), sampai perguruan tinggi merupakan salah satu agen
sosialisasi yang penting dalam kehidupan manusia.[3]
B.
Fungsi Pendidikan Sekolah
Ada beberapa
pendapat mengenai fungsi pendidikan sekolah, pendapat-pendapat itu ialah:
M Memberantas kebodohan, dan
M Memberantas salah pengertian.[4]
Secara positif,
kedua fungsi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
M Menolong anak untuk menjadi melek huruf dan mengembangkan kemampuan-kemampuan
intelektualnya.
M Mengembangkan pengertian yang luas tentang manusia lain yang
berbeda kebudayaan dan interestnya.
Menurut ST.
Vembriarto fungsi pendidikan sekolah adalah:
Ø Transmisi kebudayaan
Ø Integrasi sosial
Ø Inovasi
Ø Seleksi dan alokasi
Ø Mengembangkan kepribadian anak[5]
Menurut S. Nasution
fungsi pendidikan sekolah adalah:
S Sekolah memberikan keterampilan dasar
S Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib
S Sekolah mempersiapkan anak-anak suatu pekerjaan
S Sekolah menyediakan tenaga pembangunan
S Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial
S Sekolah mentransmisi kebudayaan
S Sekolah membentuk manusia yang sosial
S Sekolah merupakan alat transformasi kebudayaan[6]
David Popenoe
mengemukakan pendapat yang lebih terperinci mengenai fungsi pendidikan sekolah.
Menurut beliau ada empat macam fungsi itu, yaitu:
Transmisi kebudayaan masyarakat
Menolong individu memilih dan melakukan peranan sosialnya
Menjamin intergrasi sosial
Sebagai sumber inovasi sosial[7]
Dari beberapa
pendapat diatas, dapat dipahami bahwa fungsi pendidikan sekolah adalah:
a)
Transmisi
kebudayaan
Fungsi
transmisi kebudayaan masyarakat kepada anak dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
Transmisi
pengetahuan dan keterampilan
Transmisi
pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang bahasa, sistem matematika,
pengetahuan alam dan sosial, dan penemuan-penemuan teknologi.
Transmisi
sikap, nilai-nilai dan norma-norma
Sebagian besar
sikap dan nilai-nilai itu dipelajari secara informal melalui situasi formal di
kelas dan di sekolah. Melalui contoh pribadi guru.[8]
b)
Memilih
dan mengajarkan peranan sosial
Sekolah
diharapkan manusia sosial yang dapat bergaul dengan sesama manusia, meskipun
berbeda agama, suku bangsa, pendirian, ekonomi dan sebagainya. Sehingga mereka
dapat menyesuaikan diri dengan situasi sosial yang berbeda-beda. Masyarakat
kita telah mengenal diferensiasi dan spesialisasi. Berkembangnya diferensiasi
dan spesialisasi banyak menimbulkan masalah. Kekurangan atau kelebihan tenaga
spesialisasi dalam masyarakat, selalu menimbulkan berbagai macam masalah
sosial. Oleh karena itu, peran sekolah menjadi sangat penting untuk membimbing
karier anak didik dengan menggunakan beberapa pertimbangan, antara lain catatan
prestasi anaak di sekolah dan hasil tes khusus mengenai kemampuan dan minat
anak didik. Dengan demikian, fungsi sekolah adalah menyaring dan mengarahkan
pilihan anak mengenai spesialisasi pekerjaan kelak dalam masyarakat.[9]
c)
Integrasi
sosial
Untuk menjamin
integrasi sosial maka sekolah memilik cara-cara tertentu yaitu:
§
Sekolah
mengajarkan bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia.
§
Sekolah
mengajarkan pengalaman-pengalaman yang sama kepada anak melalui keseragaman
kurikulum dan buku-buku pelajaran dan buku bacaan di sekolah.
§
Sekolah
mengajarkan kepada anak corak kepribadian nasional (national identity)
melalui pelajaran sejarah, geografi nasional, dan upacara-upacara nasional.
d)
Inovasi
sosial
Fungsi inovasi
sosial pada sekolah melalui pendidikan di sekolah kepada masyarakat di
sekelilingnya. Sekolah mengajarkan tentang kesehatan lingkungan, gizi,
kebiasaan menabung, pembaharuan cara bertani, cara bekerja yang lebih efisien,
dan sebagainya.
e)
Perkembangan
kepribadian anak
Sekolah tidak
saja mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan mempengaruhi
perkembangan intelek anak, melainkan juga memperhatikan perkembangan jasmaninya
melalui program olahraga dan kesehatan. Disamping itu pendidikan sekolah juga
memperhatikan perkembangan watak anak melalui latihan kebiasaan dan tata
tertib, pendidikan agama dan budi pekerti, dan sebagainya.
f)
Kebudayaan
sekolah
Kebudayaan
sekolah memiliki beberapa unsur penting, yaitu:
M Letak lingkungan, dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah,
mebiler, perlengkapan yang lain).
M Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta
yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
M Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri dari atas
siswa, guru, non teaching specialist, dan tenaga administrasi.
M Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.
Tiap sekolah
mempunyai kebudayaan sendiri yang bersifat unik. Tiap sekolah memilik aturan
tat tertib, kebiasaan, upacara, mars sekolah, pakaian seragam, dan
lambang-lambang lain yang memberikan corak khas kepada sekolah yang
bersangkutan. Penelitian menunjukan bahwa kebudayaan sekolah mempunyai pengaruh
yang mendalam terhadap proses dan cara belajar siswa. Apa yang dihayati oleh
siswa itu (sikap dalam belajar, sikap terhadap kewibawaan, sikap terhadap
nilai-nilai) berasal dari kebudayaan.[10]
g)
Pendidikan
sekolah dan mobilitas sosial
Mobilitas sosial
adalah gerakan individu dari suatu posisi ke posisi yang lain dalam suatu
struktur sosial. Ada dua mobilitas sosial yaitu:
Mobilitas sosial vertikal, yaitu gerakan individu turun naik dalam
tangga masyarakat.
Mobilitas horisontal, yaitu gerakan individu atau kelompok dalam
ruangan geografik (migrasi).
Pendidikan
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam mobilitas horisontal.
C.
Sosialisasi di Sekolah
Sekolah
memegang peranan yang penting dalam proses sosialisasi anak, walaupun sekolah
merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak.
Anak mengalami
perubahan dalam kelakuan sosial setelah ia masuk sekolah. Di rumah ia hanya
bergaul dengan orang yang terbatas jumlahnya, terutama dengan anggota keluarga
dan anak-anak tetangga.
Di sekolah anak
mengalami suasana yang berlainan. Anak melihat dirinya salah seorang diantara
anak-anak lainnya. Demikian rasa egosentrisme berkurang berganti oleh kelakuan
yang bercorak sosial. Dalam perkembangan fisik dan psikologis anak, selanjutnya
anak memperoleh pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan
anak-anak lain yang berbeda status sosialnya, kesukuan, agama, jenis kelamin,
dan kepribadiannya. Lambat laun ia membebaskan diri dari ikatan rumah tangga
untuk mencapai kedewasaan dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat luas.
Sekolah
merupakan lembaga tempat anak terutama diberi pendidikan intelektual, yakni
mempersiapkan anak untuk sekolah yang lebih lanjut. Namun dapat dikatakan bahwa
pendidikan sosial masih belum mendapat tempat yang menonjol.[11]
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia
sosial. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal sebagai tempat belajar siswa.
Sekolah merupakan salah satu agen sosialisasi yang penting dalam kehidupan
manusia.
Fungsi pendidikan sekolah adalah
transmisi kebudayaan, memilih dan mengajarkan peranan sosial, integrasi sosial,
inovasi sosial, perkembangan kepribadian anak, kebudayaan sekolah, dan
pendidikan sekolah dan mobilitas sosial.
Sekolah
memegang peranan yang penting dalam proses sosialisasi anak, walaupun sekolah
merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak.
Sosialisasi di sekolah membuat rasa egosentrisme berkurang dan digantikan oleh
kelakuan yang bercorak sosial. Dalam sosialisasi di sekolah anak memperoleh
pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan anak-anak lain yang
berbeda status sosialnya, kesukuan, agama, jenis kelamin, dan kepribadiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta,
2004.
Damsar. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana, 2011.
Nasution, S. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
2004.
Padil, Moh dkk. Sosiologi Pendidikan. Malang: UIN-Maliki
Press, 2010.
[1] S. Nasution, Sosiologi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2004), h. 127.
[2] Moh. Padil dkk,
Sosiologi Pendidikan, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), h. 145.
[3] Damsar, Pengantar
Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 72.
[4] Abu Ahmadi, Sosiologi
Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 181.
[5] Moh. Padil dkk,
Loc. Cit., h. 149.
[6] Ibid.,
h.149.
[7] Abu Ahmadi, Op.
Cit., h.182.
[9] Moh. Padil dkk,
Op. Cit., hh.151-153.
[10] Abu Ahmadi, Op.
Cit., h.187.
[11] S. Nasution, Loc.
Cit., hh.9-10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar